Rangakaian Taqwa
Friday, October 22, 2010
Tambahkan komentar
Suatu ketika Umar bin Khathab bertanya pada Ubay bin Ka'ab tentang makna takwa.
Katanya, ''Pernahkah engkau berjalan di jalan yang penuh duri?''
Ubay menganggukkan kepala.
''Apa yang engkau lakukan?'' lanjut Umar.
''Tentu saja aku sangat berhati-hati,'' balas Ubay.
''Demikian itulah yang disebut takwa,'' ucap Umar.
Ucapan Umar bin Khathab ra tersebut mengilustrasikan makna takwa sebagai kehati-hatian dalam pengertian agar tidak terjebak pada hal-hal yang syubhat (tidak jelas halal haramnya).
Sikap berhati-hati ini hanyalah satu saja dari makna takwa itu sendiri. Kata takwa sejatinya terambil dari akar kata waqa-yaqi yang bermakna menjaga (melindungi) dari bencana atau sesuatu yang menyakitkan.
Ada juga yang berpendapat bahwa takwa teradopsi dari akar kata waqwa yang berarti terhalang. Karena itu ada sebuah ungkapan dari Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa orang yang bertakwa itu mampu mengendalikan dirinya. Ungkapan ini secara tidak langsung mengandung arti kehati-hatian. Dalam Alquran kata takwa dalam bentuk perintah terulang sebanyak 69 kali. Ada empat hal dalam Alquran di mana kita diperintahkan untuk bertakwa kepadanya.
Pertama, bertakwa kepada Allah.
Inilah perintah takwa yang paling banyak diulang-ulang dengan redaksi ittaqu Allah. Caranya dengan menjalankan segala yang perintah Allah dan menjauhi semua yang dilarangnya. Termasuk pula menjalankan ritual ibadah dengan cara yang benar dan niat yang ikhlas. Dalam surat Ali Imran ayat 103 disebutkan, ''Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebanar-benarnya takwa, dan janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam''.
Kedua, bertakwa dari api neraka dan hari pembalasan.
Aplikasi dari perintah takwa yang kedua ini adalah dengan berusaha semaksimal mungkin untuk menjauhi segala kemaksiatan agar kita tidak terjerumus ke dalam neraka (dunia akhirat). Allah SWT berfirman, ''Maka jika kamu tidak dapat membuat (Alquran) dan pasti kamu tidak dapat membuat(nya), peliharalah (bertakwalah) dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir (QS Al-Baqarah: 24)''.
Ketiga, bertakwa dari kezaliman.
Allah SWT memerintahkan, ''Dan peliharalah dirimu (bertakwa) dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang zalim saja di antara kamu (QS. Al-Anfal: 25)''.
Aplikasinya kita diperintahkan untuk berlaku adil dan menegakkan keadilan di mana pun kita berada.
''Janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap satu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat pada takwa" (QS. Al-Maidah: 5).
Keempat, bertakwa untuk menyambungkan tali silaturahmi.
Ada beberapa ayat Alquran yang mengaitkan antara silaturahmi dengan kualitas ketakwaan. Salah satunya tercantum dalam surat Al-Baqarah ayat 180 :
''Diwajibkan atas kamu, apabila seseorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma'ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa''.
Kewajiban untuk menyambungkan silaturahmi sebagai cerminan ketakwaan diungkapkan pula secara panjang lebar dalam ayat pertama surat An-Nisaa. Wallahu a'lam bish-shawab.
Katanya, ''Pernahkah engkau berjalan di jalan yang penuh duri?''
Ubay menganggukkan kepala.
''Apa yang engkau lakukan?'' lanjut Umar.
''Tentu saja aku sangat berhati-hati,'' balas Ubay.
''Demikian itulah yang disebut takwa,'' ucap Umar.
Ucapan Umar bin Khathab ra tersebut mengilustrasikan makna takwa sebagai kehati-hatian dalam pengertian agar tidak terjebak pada hal-hal yang syubhat (tidak jelas halal haramnya).
Sikap berhati-hati ini hanyalah satu saja dari makna takwa itu sendiri. Kata takwa sejatinya terambil dari akar kata waqa-yaqi yang bermakna menjaga (melindungi) dari bencana atau sesuatu yang menyakitkan.
Ada juga yang berpendapat bahwa takwa teradopsi dari akar kata waqwa yang berarti terhalang. Karena itu ada sebuah ungkapan dari Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa orang yang bertakwa itu mampu mengendalikan dirinya. Ungkapan ini secara tidak langsung mengandung arti kehati-hatian. Dalam Alquran kata takwa dalam bentuk perintah terulang sebanyak 69 kali. Ada empat hal dalam Alquran di mana kita diperintahkan untuk bertakwa kepadanya.
Pertama, bertakwa kepada Allah.
Inilah perintah takwa yang paling banyak diulang-ulang dengan redaksi ittaqu Allah. Caranya dengan menjalankan segala yang perintah Allah dan menjauhi semua yang dilarangnya. Termasuk pula menjalankan ritual ibadah dengan cara yang benar dan niat yang ikhlas. Dalam surat Ali Imran ayat 103 disebutkan, ''Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebanar-benarnya takwa, dan janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam''.
Kedua, bertakwa dari api neraka dan hari pembalasan.
Aplikasi dari perintah takwa yang kedua ini adalah dengan berusaha semaksimal mungkin untuk menjauhi segala kemaksiatan agar kita tidak terjerumus ke dalam neraka (dunia akhirat). Allah SWT berfirman, ''Maka jika kamu tidak dapat membuat (Alquran) dan pasti kamu tidak dapat membuat(nya), peliharalah (bertakwalah) dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir (QS Al-Baqarah: 24)''.
Ketiga, bertakwa dari kezaliman.
Allah SWT memerintahkan, ''Dan peliharalah dirimu (bertakwa) dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang zalim saja di antara kamu (QS. Al-Anfal: 25)''.
Aplikasinya kita diperintahkan untuk berlaku adil dan menegakkan keadilan di mana pun kita berada.
''Janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap satu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat pada takwa" (QS. Al-Maidah: 5).
Keempat, bertakwa untuk menyambungkan tali silaturahmi.
Ada beberapa ayat Alquran yang mengaitkan antara silaturahmi dengan kualitas ketakwaan. Salah satunya tercantum dalam surat Al-Baqarah ayat 180 :
''Diwajibkan atas kamu, apabila seseorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma'ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa''.
Kewajiban untuk menyambungkan silaturahmi sebagai cerminan ketakwaan diungkapkan pula secara panjang lebar dalam ayat pertama surat An-Nisaa. Wallahu a'lam bish-shawab.
0 Tanggapan untuk "Rangakaian Taqwa"
Post a Comment