Humor Sufi: Ijma' dan Fatwa Bid'ah
Wednesday, November 17, 2010
Tambahkan komentar
Ketika para ulama, filsuf dan para cendekiawan datang untuk mengetahui bahwa Nasruddin menodai kehormatan mereka di desa-desa terdekat dengan mengatakan: "Orang-orang yang disebut bijak adalah bodoh dan bingung," mereka menuduhnya merusak keamanan negeri. Mullah ditangkap dan kasusnya diajukan ke Pengadilan Raja.
Raja: "Anda boleh bicara lebih dulu."
Mullah: "Berilah saya pena dan kertas."
Maka pena dan kertas pun diberikan.
Mullah: "Bagikan pena dan kertas itu kepada tujuh ulama." Pena dan kertas pun dibagikan.
Mullah: "Biarlah mereka secara terpisah menulis jawaban atas pertanyaan berikut: 'Apakah roti itu?'"
Ketujuh ulama itu telah menulis jawaban masing-masing atas pertanyaan Mullah tadi. Kemudian kertas jawabannya diserahkan kepada raja yang membacanya dengan keras satu per satu:
Yang pertama mengatakan: "Roti adalah makanan."
Yang kedua mengatakan: "Roti adalah tepung dan air."
Yang ketiga: "Itu adalah adonan yang dibakar."
Yang keempat: "Sebuah pemberian Allah."
Yang kelima: "Berubah-ubah, menurut bagaimana Anda mengartikan roti."
Yang keenam: "Roti adalah zat yang mengandung nutrisi."
Yang ketujuh mengatakan: "Tidak seorang pun tahu dengan jelas."
Setelah mendengar semua jawaban itu, Mullah berkata kepada raja, "Bagaimana Anda bisa meyakini penilaian dan pertimbangan bagi orang-orang tersebut? Jika mereka tidak bisa menyepakati sesuatu yang dikonsumsinya sehari-hari, bagaimana mereka bisa dengan suara bulat menyebut saya seorang ahli bid'ah?"
Raja: "Anda boleh bicara lebih dulu."
Mullah: "Berilah saya pena dan kertas."
Maka pena dan kertas pun diberikan.
Mullah: "Bagikan pena dan kertas itu kepada tujuh ulama." Pena dan kertas pun dibagikan.
Mullah: "Biarlah mereka secara terpisah menulis jawaban atas pertanyaan berikut: 'Apakah roti itu?'"
Ketujuh ulama itu telah menulis jawaban masing-masing atas pertanyaan Mullah tadi. Kemudian kertas jawabannya diserahkan kepada raja yang membacanya dengan keras satu per satu:
Yang pertama mengatakan: "Roti adalah makanan."
Yang kedua mengatakan: "Roti adalah tepung dan air."
Yang ketiga: "Itu adalah adonan yang dibakar."
Yang keempat: "Sebuah pemberian Allah."
Yang kelima: "Berubah-ubah, menurut bagaimana Anda mengartikan roti."
Yang keenam: "Roti adalah zat yang mengandung nutrisi."
Yang ketujuh mengatakan: "Tidak seorang pun tahu dengan jelas."
Setelah mendengar semua jawaban itu, Mullah berkata kepada raja, "Bagaimana Anda bisa meyakini penilaian dan pertimbangan bagi orang-orang tersebut? Jika mereka tidak bisa menyepakati sesuatu yang dikonsumsinya sehari-hari, bagaimana mereka bisa dengan suara bulat menyebut saya seorang ahli bid'ah?"
0 Tanggapan untuk "Humor Sufi: Ijma' dan Fatwa Bid'ah"
Post a Comment