Perbuatan yang Dimurkai Allah
Friday, November 12, 2010
Tambahkan komentar
Mendapatkan cinta Allah adalah keinginan semua hamba yang ingin mendekatkan diri kepada-Nya. Namun, mana mungkin kita mendapatkan cinta Allah bila kita membuat-Nya murka? Untuk itu, tentunya kita perlu mengetahui hal-hal apa saja yang membuat Allah murka. Berikut adalah sejumlah perbuatan yang dimurkai Allah.
1. Terlalu Mementingkan Dunia
Dalam QS (14:2-3) disebutkan :
“... Dan kecelakaanlah bagi orang-orang kafir karena siksaan yang sangat pedih, (yaitu) orang-orang yang lebih menyukai kehidupan dunia dari pada kehidupan akhirat...”
Dari ayat tersebut, nampak terlalu mementingkan dunia adalah salah satu perbuatan yang dibenci Allah. Mengapa demikian? Karena ketika seseorang lebih mencintai dunia daripada akhirat, ia akan cenderung menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya.
Yang patut diwaspadai, seringkali kita tidak sadar bahwa kita lebih mencintai dunia daripada akhirat. Misalnya saja, sudah waktunya shalat fardhu namun karena sedang asyik menonton acara TV, kita memutuskan untuk menunda shalat. Hal ini sepertinya biasa saja, namun berhati-hatilah karena bisa jadi ini merupakan salah satu tanda bahwa kecintaan kita pada dunia telah menjadi dominan.
Walau Allah melarang kita terlalu mementingkan dunia, namun ini tidak berarti kita harus hidup sengsara di dunia. Dikisahkan suatu hari Rasulullah bertemu dengan salah satu sahabatnya yang hidup sangat sengsara. Rasul kemudian bertanya, mengapa sahabat tersebut hidup sangat menderita. Dengan bangga sahabat tersebut berkata bahwa ia memang memohon agar Allah memberi dia kesengsaraan di dunia agar dapat memperoleh kebahagiaan di akhirat. Rasul kemudian mengajarkan pada sahabat tersebut doa yang lebih baik, yakni doa memohon kebahagiaan dunia dan akhirat seperti yang tertera dalam QS 2:201 :
"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka"
Allah tidak melarang kita berikhtiar untuk memperoleh kekayaan, ilmu, maupun hal-hal duniawi lainnya bahkan Allah menyemangati kita agar berusaha mencari bagian kita di dunia seperti yang disebutkan dalam QS 28:77 :
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Jadi tidak benar bila ada anggapan untuk menjadi orang sholeh kita harus hidup serba kekurangan. Bahkan sejumlah perintah agama seperti perintah berzakat, bershodaqoh dan naik haji pun mengisyaratkan agar umat Islam memiliki kemampuan finansial yang baik. Yang harus kita perhatikan adalah keseimbangan dalam hidup serta mempergunakan apapun yang kita miliki di jalan yang diridhoi Allah.
2. Berburuk Sangka pada Allah
Siapa sih di dunia ini yang tidak pernah kecewa? Di antara sekian banyak kejadian yang Allah takdirkan pada kita, sangat mungkin ada yang terasa begitu berat hingga membuat kita bertanya mengapa Allah membiarkan hal itu terjadi. Kalau tidak berhati-hati, prasangka buruk pada Allah bisa membuat kita kufur pada nikmat Allah yang lain dan Allah melarang kita berbuat seperti itu :
“dan supaya Dia mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Allah. Mereka akan mendapat giliran (kebinasaan) yang amat buruk dan Allah memurkai dan mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka neraka Jahannam. Dan (neraka Jahannam) itulah sejahat-jahat tempat kembali.” (QS 48:6)
Jangankan untuk berburuk sangka pada Allah, menyesali keputusan yang telah diambil pun kita dilarang melakukannya. Misalnya saja, untuk sampai ke kampus kita bisa mengambil jalan A atau jalan B. Kemudian kita memilih mengambil jalan A dan ternyata kita mengalami kecelakaan. Nah, kita tidak boleh mengatakan “Aduh, coba tadi lewat jalan B yah...”. Perkataan seperti itu seakan-akan kita menyesali apa yang sudah Allah gariskan pada kita.
Allah menyuruh kita untuk berikhtiar maksimal dan menyerahkan hasilnya pada Allah. Jadi, berusahalah dengan sepenuh kemampuan lalu berdoa. Soal hasil, biarlah itu menjadi keputusan Allah. Siapa tahu kejadian yang kita anggap buruk itu sebetulnya akan membawa kebaikan di masa yang akan datang.
“...Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS 2:216)
Apapun yang terjadi pada kita, berusahalah untuk mencari hikmah dari segala kejadian. Kalaupun hikmah itu belum terlihat, toh minimal kita mendapat ilmu baru dari kejadian yang terjadi agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.
3. Berpaling dari Ajaran Allah karena Sombong
Tidak jarang orang yang tidak mengikuti ajaran Allah bukan karena dia tidak tahu kebenaran, tapi karena ia terlalu sombong untuk patuh. Ini yang terjadi pada Firaun. Ia bukannya tidak tahu bahwa ajaran Nabi Musa itu benar. Namun karena keangkuhannya, ia tidak mau menuruti ajaran mantan anak angkatnya itu.
“Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami dia berpaling dengan menyombongkan diri seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan- akan ada sumbat di kedua telinganya; maka beri kabar gembiralah dia dengan azab yang pedih.” (QS 31:7)
Memang, kalau kita dinasehati orang yang kita anggap lebih “rendah” – entah itu dari usia, pengalaman atau apapun – kita cenderung mengabaikan apa yang dikatakannya. Apalagi kalau perkataannya itu bermaksud mengoreksi perbuatan kita. Namun, dalam Islam diajarkan agar kita berusaha rendah hati dan menerima ilmu kebaikan darimana pun ia berasal.
4. Mengolok-olok Orang yang Mengamalkan Agama
Di awal tahun 80-an, saudari-saudari kita yang berkerudung banyak yang diusir dari sekolahnya. Mereka tidak boleh masuk ke sekolah selama masih menutup auratnya. Ketika itu memang pemahaman Islam belum menyebar seluas sekarang. Jilbab masih dianggap pakaian kuno dan sekadar mengikuti tradisi Arab. Pada dekade yang sama pun aktivitas pengajian dianggap “kampungan” dan ketinggalan zaman. Alhamdulillah pandangan semacam itu sudah semakin berkurang walau tidak menutup kemungkinan masih ada yang berpikir demikian. Nah, Allah sangat murka pada mereka yang mengolok-olok orang yang mengamalkan ajaran agama.
“Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah mereka yang menertawakan orang-orang yang beriman.” (QS 83:29)
Di sisi lain, kita juga disemangati agar tetap istiqomah di jalan Allah. Jangan terlalu memikirkan pandangan orang lain. Asalkan kita yakin apa yang dilakukan diridhoi Allah, ya jalan saja terus. Tapi kita juga harus berhati-hati. Mengolok-olok orang yang mengamalkan ajaran agama mungkin pernah kita lakukan tanpa sengaja. Misalnya saja, bergunjing tentang orang yang berpoligami. Kalau kita memang belum sanggup untuk berpoligami, ya sudah. Tapi itu tidak memberi kita hak untuk menghina orang-orang yang melakukannya. Bisa jadi mereka justru berbahagia dan lebih dekat dengan Allah dalam kondisi seperti itu.
Contoh lain memperolok yang mungkin terjadi antara lain menghina orang-orang yang menutup aurat namun tidak matching. Misalnya saja, kerudungnya pink terang padahal bajunya berwarna kuning golkar. Nah, kita harus berusaha menahan diri dari mengomentari secara negatif. Kita justru harus menghargai itikad baik beliau untuk menutup auratnya. Intinya, kita harus menghargai orang lain. Terutama bila mereka tengah mengamalkan ajaran agamanya. Kalaupun kita merasa ada yang perlu diluruskan, diskusikanlah baik-baik.
5. Berbuat Kerusakan
Kadang ada orang yang sangat usil. Kalau berjalan dekat tanaman, daun-daunnya ia cabuti. Kalau ada di dekat tembok, ia lalu meninggalkan cap sepatu di sana. Kalau sedang ada di kendaraan, seenaknya saja membuang sampah ke luar jendela. Sebagai muslim yang baik kita tidak boleh berbuat kerusakan seperti itu.
“... dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS 28:77)
Ketika mendengar kata “kerusakan”, yang dimaksud bukan saja kerusakan lingkungan. Tapi juga kerusakan moral. Maka dari itu, kita harus memperhatikan agar apa yang kita lakukan tidak berdampak dan menjadi contoh buruk bagi yang lain. Misalnya saja kalau kita menjadi orang tua. Berusahalah mengendalikan emosi agar anak tidak terdidik untuk menyelesaikan masalah dengan emosi.
6. Berbuat Khianat Allah berfirman :
Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat. (QS Al Hajj:38)
Khianat adalah lawan kata dari amanah yang berarti menutupi sesuatu. Orang-orang yang berbuat khianat adalah mereka yang mengkhianati Allah dan Rasul-Nya. Dalam konteks bersosialisasi pun, Allah memurkai orang yang menyebarkan rahasia (kecuali yang dibenarkan misal di pengadilan), tidak menepati janji, curang dalam perdagangan, melanggar kesepakatan dan sejenisnya.
Sesungguhnya tiap perkataan dan perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban. Oleh karena itu, janganlah menjanjikan sesuatu yang memang tidak bisa kita lakukan. Dalam kehidupan sehari-hari saja, kalau kita sering ingkar pada janji, orang akan kehilangan kepercayaan pada kita. Apalagi kalau kita berjanji pada Allah. Kita harus teramat sangat bersungguh-sungguh. Bukankah dalam sholat kita berikrar bahwa hidup dan mati kita hanyalah untuk Allah?
7. Berbuat Zhalim
Zhalim adalah berbuat tidak proporsional. Entah itu pada diri sendiri, pada orang lain atau dalam apapun yang kita lakukan. Kita harus bersikap adil, pada orang yang kita benci sekalipun. Termasuk juga berbuat zhalim bila kita menganiaya diri sendiri. Rokok misalnya. Sudah jelas-jelas rokok merusak kesehatan. Maka bila kita merokok, itu artinya kita sedang menzhalimi diri sendiri. Begitupula bila ada orang yang patah hati sampai tidak mau makan dan minum. Itu juga termasuk menzhalimi diri sendiri.
Selain definisi di atas, adapula yang mengartikan kezhaliman adalah perbuatan syirik seperti yang difirmankan Allah dalam QS Luqman : 13 Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
Mereka yang menyekutukan Allah adalah orang yang memalingkan diri dari kebenaran ajaran Allah. Mereka tahu apa yang diperintahkan dan dilarang Allah namun enggan mematuhinya.
8. Boros
Dalam QS (17:26-27) :
“... dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.”
Allah tidak menyukai bila kita menghambur-hamburkan harta untuk sesuatu yang sebenarnya tidak perlu. Walau demikian, itu tidak berarti kita tidak boleh memiliki apapun. Kita boleh mencari apa yang menjadi kebutuhan kita, namun kita dilarang untuk berlebihan dalam segala sesuatu.
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS 7:31)
Sikap boros yang dimurkai Allah bukan saja memboroskan harta, namun juga memboroskan waktu, masa muda, dan lain sebagainya. Banyak sekali pencuri waktu yang sering tidak kita sadari. Misalnya saja menonton TV atau mengobrol tak karuan dengan teman. Usia adalah karunia Allah yang amat mahal. Ketika seseorang tengah menanti ajal, barulah ia merasa betapa cepatnya waktu berlalu. Kalau waktunya dihabiskan untuk hal yang sia-sia, yang akan ada hanyalah penyesalan. Oleh karena itu, kita harus senantiasa berusaha agar waktu yang kita miliki dihabiskan untuk beribadah. Tentu yang dimaksud dengan beribadah di sini bukan sekadar sholat, puasa dan zakat, tapi juga menuntut ilmu, mencari nafkah dan sebagainya.
9. Bersikap Angkuh
Sifat asli manusia itu ada beberapa, antara lain: suka berkeluh kesah, mudah putus asa, kikir dan angkuh. Justru karena itu adalah bawaan kita yang natural, maka Allah memberi penghargaan yang tinggi bagi mereka yang berhasil menundukkan sifat-sifat tersebut.
“…dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS 31:18)
Angkuh, membuat orang menjadi lengah. Bukankah kita lebih sering terjerembab karena hal-hal yang tidak terduga? Kalau kita sudah menduganya, tentu kita sudah mengambil langkah-langkah preventif. Begitu pula dalam hidup. Kalau kita angkuh dan merasa amalan kita sudah banyak, maka kita cenderung menganggap neraka sangat jauh dan sok yakin masuk surga. Sifat angkuh juga membuat kita mengabaikan peringatan orang dan enggan menerima masukan. Karakteristik seperti itu bisa membuat kita perlahan terjerumus.
Angkuh yang dimurkai Allah bukan hanya angkuh tentang ibadah, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Kita harus senantiasa menghargai orang lain karena pada dasarnya kita tidak tahu bagaimana potensi orang tersebut. Bisa saja penampilannya sangat sederhana namun ia memiliki kemampuan yang hebat, atau ia sangat dekat dengan Allah. Oleh karena itu, Islam mengajarkan pada kita untuk bersikap ramah pada orang dan menjauhi sifat angkuh.
Penutup
Di atas telah dijelaskan sejumlah perbuatan yang dimurkai Allah. Apakah ada di antaranya yang masih sering kita lakukan? Yang pasti, Allah tetap membuka pintu taubatnya selama kita masih bernyawa. Semoga Allah menjauhkan kita dari perbuatan-perbuatan yang dimurkai-Nya. Amiin.
1. Terlalu Mementingkan Dunia
Dalam QS (14:2-3) disebutkan :
“... Dan kecelakaanlah bagi orang-orang kafir karena siksaan yang sangat pedih, (yaitu) orang-orang yang lebih menyukai kehidupan dunia dari pada kehidupan akhirat...”
Dari ayat tersebut, nampak terlalu mementingkan dunia adalah salah satu perbuatan yang dibenci Allah. Mengapa demikian? Karena ketika seseorang lebih mencintai dunia daripada akhirat, ia akan cenderung menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya.
Yang patut diwaspadai, seringkali kita tidak sadar bahwa kita lebih mencintai dunia daripada akhirat. Misalnya saja, sudah waktunya shalat fardhu namun karena sedang asyik menonton acara TV, kita memutuskan untuk menunda shalat. Hal ini sepertinya biasa saja, namun berhati-hatilah karena bisa jadi ini merupakan salah satu tanda bahwa kecintaan kita pada dunia telah menjadi dominan.
Walau Allah melarang kita terlalu mementingkan dunia, namun ini tidak berarti kita harus hidup sengsara di dunia. Dikisahkan suatu hari Rasulullah bertemu dengan salah satu sahabatnya yang hidup sangat sengsara. Rasul kemudian bertanya, mengapa sahabat tersebut hidup sangat menderita. Dengan bangga sahabat tersebut berkata bahwa ia memang memohon agar Allah memberi dia kesengsaraan di dunia agar dapat memperoleh kebahagiaan di akhirat. Rasul kemudian mengajarkan pada sahabat tersebut doa yang lebih baik, yakni doa memohon kebahagiaan dunia dan akhirat seperti yang tertera dalam QS 2:201 :
"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka"
Allah tidak melarang kita berikhtiar untuk memperoleh kekayaan, ilmu, maupun hal-hal duniawi lainnya bahkan Allah menyemangati kita agar berusaha mencari bagian kita di dunia seperti yang disebutkan dalam QS 28:77 :
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Jadi tidak benar bila ada anggapan untuk menjadi orang sholeh kita harus hidup serba kekurangan. Bahkan sejumlah perintah agama seperti perintah berzakat, bershodaqoh dan naik haji pun mengisyaratkan agar umat Islam memiliki kemampuan finansial yang baik. Yang harus kita perhatikan adalah keseimbangan dalam hidup serta mempergunakan apapun yang kita miliki di jalan yang diridhoi Allah.
2. Berburuk Sangka pada Allah
Siapa sih di dunia ini yang tidak pernah kecewa? Di antara sekian banyak kejadian yang Allah takdirkan pada kita, sangat mungkin ada yang terasa begitu berat hingga membuat kita bertanya mengapa Allah membiarkan hal itu terjadi. Kalau tidak berhati-hati, prasangka buruk pada Allah bisa membuat kita kufur pada nikmat Allah yang lain dan Allah melarang kita berbuat seperti itu :
“dan supaya Dia mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Allah. Mereka akan mendapat giliran (kebinasaan) yang amat buruk dan Allah memurkai dan mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka neraka Jahannam. Dan (neraka Jahannam) itulah sejahat-jahat tempat kembali.” (QS 48:6)
Jangankan untuk berburuk sangka pada Allah, menyesali keputusan yang telah diambil pun kita dilarang melakukannya. Misalnya saja, untuk sampai ke kampus kita bisa mengambil jalan A atau jalan B. Kemudian kita memilih mengambil jalan A dan ternyata kita mengalami kecelakaan. Nah, kita tidak boleh mengatakan “Aduh, coba tadi lewat jalan B yah...”. Perkataan seperti itu seakan-akan kita menyesali apa yang sudah Allah gariskan pada kita.
Allah menyuruh kita untuk berikhtiar maksimal dan menyerahkan hasilnya pada Allah. Jadi, berusahalah dengan sepenuh kemampuan lalu berdoa. Soal hasil, biarlah itu menjadi keputusan Allah. Siapa tahu kejadian yang kita anggap buruk itu sebetulnya akan membawa kebaikan di masa yang akan datang.
“...Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS 2:216)
Apapun yang terjadi pada kita, berusahalah untuk mencari hikmah dari segala kejadian. Kalaupun hikmah itu belum terlihat, toh minimal kita mendapat ilmu baru dari kejadian yang terjadi agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.
3. Berpaling dari Ajaran Allah karena Sombong
Tidak jarang orang yang tidak mengikuti ajaran Allah bukan karena dia tidak tahu kebenaran, tapi karena ia terlalu sombong untuk patuh. Ini yang terjadi pada Firaun. Ia bukannya tidak tahu bahwa ajaran Nabi Musa itu benar. Namun karena keangkuhannya, ia tidak mau menuruti ajaran mantan anak angkatnya itu.
“Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami dia berpaling dengan menyombongkan diri seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan- akan ada sumbat di kedua telinganya; maka beri kabar gembiralah dia dengan azab yang pedih.” (QS 31:7)
Memang, kalau kita dinasehati orang yang kita anggap lebih “rendah” – entah itu dari usia, pengalaman atau apapun – kita cenderung mengabaikan apa yang dikatakannya. Apalagi kalau perkataannya itu bermaksud mengoreksi perbuatan kita. Namun, dalam Islam diajarkan agar kita berusaha rendah hati dan menerima ilmu kebaikan darimana pun ia berasal.
4. Mengolok-olok Orang yang Mengamalkan Agama
Di awal tahun 80-an, saudari-saudari kita yang berkerudung banyak yang diusir dari sekolahnya. Mereka tidak boleh masuk ke sekolah selama masih menutup auratnya. Ketika itu memang pemahaman Islam belum menyebar seluas sekarang. Jilbab masih dianggap pakaian kuno dan sekadar mengikuti tradisi Arab. Pada dekade yang sama pun aktivitas pengajian dianggap “kampungan” dan ketinggalan zaman. Alhamdulillah pandangan semacam itu sudah semakin berkurang walau tidak menutup kemungkinan masih ada yang berpikir demikian. Nah, Allah sangat murka pada mereka yang mengolok-olok orang yang mengamalkan ajaran agama.
“Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah mereka yang menertawakan orang-orang yang beriman.” (QS 83:29)
Di sisi lain, kita juga disemangati agar tetap istiqomah di jalan Allah. Jangan terlalu memikirkan pandangan orang lain. Asalkan kita yakin apa yang dilakukan diridhoi Allah, ya jalan saja terus. Tapi kita juga harus berhati-hati. Mengolok-olok orang yang mengamalkan ajaran agama mungkin pernah kita lakukan tanpa sengaja. Misalnya saja, bergunjing tentang orang yang berpoligami. Kalau kita memang belum sanggup untuk berpoligami, ya sudah. Tapi itu tidak memberi kita hak untuk menghina orang-orang yang melakukannya. Bisa jadi mereka justru berbahagia dan lebih dekat dengan Allah dalam kondisi seperti itu.
Contoh lain memperolok yang mungkin terjadi antara lain menghina orang-orang yang menutup aurat namun tidak matching. Misalnya saja, kerudungnya pink terang padahal bajunya berwarna kuning golkar. Nah, kita harus berusaha menahan diri dari mengomentari secara negatif. Kita justru harus menghargai itikad baik beliau untuk menutup auratnya. Intinya, kita harus menghargai orang lain. Terutama bila mereka tengah mengamalkan ajaran agamanya. Kalaupun kita merasa ada yang perlu diluruskan, diskusikanlah baik-baik.
5. Berbuat Kerusakan
Kadang ada orang yang sangat usil. Kalau berjalan dekat tanaman, daun-daunnya ia cabuti. Kalau ada di dekat tembok, ia lalu meninggalkan cap sepatu di sana. Kalau sedang ada di kendaraan, seenaknya saja membuang sampah ke luar jendela. Sebagai muslim yang baik kita tidak boleh berbuat kerusakan seperti itu.
“... dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS 28:77)
Ketika mendengar kata “kerusakan”, yang dimaksud bukan saja kerusakan lingkungan. Tapi juga kerusakan moral. Maka dari itu, kita harus memperhatikan agar apa yang kita lakukan tidak berdampak dan menjadi contoh buruk bagi yang lain. Misalnya saja kalau kita menjadi orang tua. Berusahalah mengendalikan emosi agar anak tidak terdidik untuk menyelesaikan masalah dengan emosi.
6. Berbuat Khianat Allah berfirman :
Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat. (QS Al Hajj:38)
Khianat adalah lawan kata dari amanah yang berarti menutupi sesuatu. Orang-orang yang berbuat khianat adalah mereka yang mengkhianati Allah dan Rasul-Nya. Dalam konteks bersosialisasi pun, Allah memurkai orang yang menyebarkan rahasia (kecuali yang dibenarkan misal di pengadilan), tidak menepati janji, curang dalam perdagangan, melanggar kesepakatan dan sejenisnya.
Sesungguhnya tiap perkataan dan perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban. Oleh karena itu, janganlah menjanjikan sesuatu yang memang tidak bisa kita lakukan. Dalam kehidupan sehari-hari saja, kalau kita sering ingkar pada janji, orang akan kehilangan kepercayaan pada kita. Apalagi kalau kita berjanji pada Allah. Kita harus teramat sangat bersungguh-sungguh. Bukankah dalam sholat kita berikrar bahwa hidup dan mati kita hanyalah untuk Allah?
7. Berbuat Zhalim
Zhalim adalah berbuat tidak proporsional. Entah itu pada diri sendiri, pada orang lain atau dalam apapun yang kita lakukan. Kita harus bersikap adil, pada orang yang kita benci sekalipun. Termasuk juga berbuat zhalim bila kita menganiaya diri sendiri. Rokok misalnya. Sudah jelas-jelas rokok merusak kesehatan. Maka bila kita merokok, itu artinya kita sedang menzhalimi diri sendiri. Begitupula bila ada orang yang patah hati sampai tidak mau makan dan minum. Itu juga termasuk menzhalimi diri sendiri.
Selain definisi di atas, adapula yang mengartikan kezhaliman adalah perbuatan syirik seperti yang difirmankan Allah dalam QS Luqman : 13 Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
Mereka yang menyekutukan Allah adalah orang yang memalingkan diri dari kebenaran ajaran Allah. Mereka tahu apa yang diperintahkan dan dilarang Allah namun enggan mematuhinya.
8. Boros
Dalam QS (17:26-27) :
“... dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.”
Allah tidak menyukai bila kita menghambur-hamburkan harta untuk sesuatu yang sebenarnya tidak perlu. Walau demikian, itu tidak berarti kita tidak boleh memiliki apapun. Kita boleh mencari apa yang menjadi kebutuhan kita, namun kita dilarang untuk berlebihan dalam segala sesuatu.
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS 7:31)
Sikap boros yang dimurkai Allah bukan saja memboroskan harta, namun juga memboroskan waktu, masa muda, dan lain sebagainya. Banyak sekali pencuri waktu yang sering tidak kita sadari. Misalnya saja menonton TV atau mengobrol tak karuan dengan teman. Usia adalah karunia Allah yang amat mahal. Ketika seseorang tengah menanti ajal, barulah ia merasa betapa cepatnya waktu berlalu. Kalau waktunya dihabiskan untuk hal yang sia-sia, yang akan ada hanyalah penyesalan. Oleh karena itu, kita harus senantiasa berusaha agar waktu yang kita miliki dihabiskan untuk beribadah. Tentu yang dimaksud dengan beribadah di sini bukan sekadar sholat, puasa dan zakat, tapi juga menuntut ilmu, mencari nafkah dan sebagainya.
9. Bersikap Angkuh
Sifat asli manusia itu ada beberapa, antara lain: suka berkeluh kesah, mudah putus asa, kikir dan angkuh. Justru karena itu adalah bawaan kita yang natural, maka Allah memberi penghargaan yang tinggi bagi mereka yang berhasil menundukkan sifat-sifat tersebut.
“…dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS 31:18)
Angkuh, membuat orang menjadi lengah. Bukankah kita lebih sering terjerembab karena hal-hal yang tidak terduga? Kalau kita sudah menduganya, tentu kita sudah mengambil langkah-langkah preventif. Begitu pula dalam hidup. Kalau kita angkuh dan merasa amalan kita sudah banyak, maka kita cenderung menganggap neraka sangat jauh dan sok yakin masuk surga. Sifat angkuh juga membuat kita mengabaikan peringatan orang dan enggan menerima masukan. Karakteristik seperti itu bisa membuat kita perlahan terjerumus.
Angkuh yang dimurkai Allah bukan hanya angkuh tentang ibadah, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Kita harus senantiasa menghargai orang lain karena pada dasarnya kita tidak tahu bagaimana potensi orang tersebut. Bisa saja penampilannya sangat sederhana namun ia memiliki kemampuan yang hebat, atau ia sangat dekat dengan Allah. Oleh karena itu, Islam mengajarkan pada kita untuk bersikap ramah pada orang dan menjauhi sifat angkuh.
Penutup
Di atas telah dijelaskan sejumlah perbuatan yang dimurkai Allah. Apakah ada di antaranya yang masih sering kita lakukan? Yang pasti, Allah tetap membuka pintu taubatnya selama kita masih bernyawa. Semoga Allah menjauhkan kita dari perbuatan-perbuatan yang dimurkai-Nya. Amiin.
0 Tanggapan untuk "Perbuatan yang Dimurkai Allah"
Post a Comment