Berhijrah Dari Kegelapan
Sunday, December 5, 2010
Tambahkan komentar
(Emha Ainun Najib-Kyai Kanjeng)
Engkau Ya Allah sungguh-sungguh Maha Besar, dan hanya Engkau yang benar-benar Maha Besar...dan kami sekarang ini, atau entah sampai kapan-kapan sedang ditimpa oleh masalah-masalah yang sangat besar, akan tetapi sebesar apapun besar masalah-masalah yang menindih kami itu, insyaallah akan selesai, akan beres, akan meleleh, asalkan kami bergabung, melebur di dalam kuasa dan kasih sayang-Mu yang Maha Besar.
Masalah-masalah besar yang menimpa kita sebagai manusia, sebagai warga negara, sebagai rakyat Indonesia, sebagai kumpulan masyarakat, tidak terutama terletak di toko-toko yang terbakar, tidak terutama terletak pada ratusan manusia yang dibantai dan terusir dari kampung halamannya, tidak terutama terletak pada bentrok terus-menerus yang terjadi di berbagai tempat, juga tidak terletak di pedang yang diacung-acungkan, atau barang kali peluru yang ditembakkan.
Masalah yang besar itu terutama sesungguhnya terletak di dalam kepala dan dada kita sendiri, terletak di dalam cara kita menyikapi hidup, terletak di dalam pandangan kita mengenai manusia, mengenai nilai-nilai, terletak di dalam cara berfikir kita, di dalam moral kita dan di dalam ilmu kita yang banyak keliru dalam menata kebersamaan kehidupan sebagai sebuah bangsa.
Kalau Anda menaruh tanaman, kembang, di dalam rumah, di dekat jendela, Anda perhatikan tanaman itu akan cenderung mengarah ke jendela, cenderung mencari sumber cahaya. Tanaman saja tahu bagaimana mencari sumber cahaya. Burung-burung di kutub, di tempat-tempat lain pada musim-musim tertentu berhijrah dari tempat yang pada musim itu kurang mengandung makanan dan kesehatan baginya. Mereka melintasi benua-benua untuk mencari tempat yang lebih menyehatkan dan menyejahterakan.
Tanaman dan burung saja mengerti bagaimana berhijrah dari kegelapan menuju cahaya. Reformasi mestinya adalah hijrah dari kegelapan menuju cahaya, hijrah dari hati yang beku kepada hati yang lembut, lunak kepada saudara-saudaranya, berhijrah dari fikiran yang tidak adil menuju fikiran yang obyektif, yang menyelamatkan semua orang, berhijrah dari kedengkian menuju kasih sayang, berhijrah dari kebencian menuju cinta, berhijrah dari egoisme menuju kebersamaan, berhijrah dari ketidaktertaan menuju tatanan-tatanan, shaf-shaf yang baik sebagai masyarakat, organisasi dan manajemen yang baik sebagai sebuah bangsa. Berhijrah dari kegelapan menuju cahaya, itulah yang harus kita lakukan bersama-sama, dan sendiri-sendiri, berangkat dari ketulusan hati kita sendiri dan dari keadilan fikiran kita masing-masing.
Engkau Ya Allah sungguh-sungguh Maha Besar, dan hanya Engkau yang benar-benar Maha Besar...dan kami sekarang ini, atau entah sampai kapan-kapan sedang ditimpa oleh masalah-masalah yang sangat besar, akan tetapi sebesar apapun besar masalah-masalah yang menindih kami itu, insyaallah akan selesai, akan beres, akan meleleh, asalkan kami bergabung, melebur di dalam kuasa dan kasih sayang-Mu yang Maha Besar.
Masalah-masalah besar yang menimpa kita sebagai manusia, sebagai warga negara, sebagai rakyat Indonesia, sebagai kumpulan masyarakat, tidak terutama terletak di toko-toko yang terbakar, tidak terutama terletak pada ratusan manusia yang dibantai dan terusir dari kampung halamannya, tidak terutama terletak pada bentrok terus-menerus yang terjadi di berbagai tempat, juga tidak terletak di pedang yang diacung-acungkan, atau barang kali peluru yang ditembakkan.
Masalah yang besar itu terutama sesungguhnya terletak di dalam kepala dan dada kita sendiri, terletak di dalam cara kita menyikapi hidup, terletak di dalam pandangan kita mengenai manusia, mengenai nilai-nilai, terletak di dalam cara berfikir kita, di dalam moral kita dan di dalam ilmu kita yang banyak keliru dalam menata kebersamaan kehidupan sebagai sebuah bangsa.
Kalau Anda menaruh tanaman, kembang, di dalam rumah, di dekat jendela, Anda perhatikan tanaman itu akan cenderung mengarah ke jendela, cenderung mencari sumber cahaya. Tanaman saja tahu bagaimana mencari sumber cahaya. Burung-burung di kutub, di tempat-tempat lain pada musim-musim tertentu berhijrah dari tempat yang pada musim itu kurang mengandung makanan dan kesehatan baginya. Mereka melintasi benua-benua untuk mencari tempat yang lebih menyehatkan dan menyejahterakan.
Tanaman dan burung saja mengerti bagaimana berhijrah dari kegelapan menuju cahaya. Reformasi mestinya adalah hijrah dari kegelapan menuju cahaya, hijrah dari hati yang beku kepada hati yang lembut, lunak kepada saudara-saudaranya, berhijrah dari fikiran yang tidak adil menuju fikiran yang obyektif, yang menyelamatkan semua orang, berhijrah dari kedengkian menuju kasih sayang, berhijrah dari kebencian menuju cinta, berhijrah dari egoisme menuju kebersamaan, berhijrah dari ketidaktertaan menuju tatanan-tatanan, shaf-shaf yang baik sebagai masyarakat, organisasi dan manajemen yang baik sebagai sebuah bangsa. Berhijrah dari kegelapan menuju cahaya, itulah yang harus kita lakukan bersama-sama, dan sendiri-sendiri, berangkat dari ketulusan hati kita sendiri dan dari keadilan fikiran kita masing-masing.
0 Tanggapan untuk "Berhijrah Dari Kegelapan"
Post a Comment