Ceriakan Hati dan Wajah Kita Setiap Hari
Saturday, January 22, 2011
Tambahkan komentar
Episode satu :
Suatu ketika Rasulullah saw memasuki masjid. Tiba-tiba dilihatnya seorang lelaki Anshor bernama Abu Umamah yang duduk termenung. Rasulullah bertanya, "Hai Abu Umaamah, kenapa engkau duduk di masjid bukan pada waktu shalat?" "Susah karena memikirkan hutang ya Rasulullah?" ujar Abu Umaamah terus terang.
Rasul mengatakan, "Maukah engkau aku ajarkan satu bacaan yang bila engkau baca maka Allah akan menghapuskan kesusahanmu dan melunasi hutang-hutangmu?" Abu Umaamah berseri-seri dan segera menyambut tawaran Rasulullah tersebut.
Rasulullah saw berkata, "Ucapkanlah olehmu pada pagi dan petang: "Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari rasa susah dan sedih. Aku berlindung kepada-Mu dari sifat lemah dan malas. Aku berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut dan kikir, dan aku berlindung kepada-Mu dari lilitan hutang dan tekanan orang." (HR. Abu Daud)
Episode kedua :
Abu Yazid Al Busthami, salah satu tokoh sufi, pada suatu hari pernah didatangi seorang lelaki yang wajahnya kusam dan keningnya selalu berkerut. Dengan murung lelaki itu mengadu, "Tuan, sepanjang hidup saya, rasanya tak pernah lepas saya beribadah kepada Allah. Orang lain sudah lelap, saya masih bermunajat. Istri saya belum bangun, saya sudah mengaji. Saya juga bukan pemalas yang enggan mencari rezeki. Tetapi mengapa saya selalu malang dan kehidupan saya penuh kesulitan?"
Abu Yazid menjawab sederhana, "Perbaiki penampilanmu dan rubahlah roman mukamu. Kau tahu, Rasulullah adalah penduduk dunia yang miskin namun wajahnya tak pernah keruh dan selalu ceria. Sebab menurut Rasulullah, salah satu tanda penghuni neraka ialah muka masam yang membuat orang curiga kepadanya."
Lelaki itu tertunduk. Ia pun berjanji akan memperbaiki penampilannya. Setelah itu, wajahnya senantiasa berseri. Setiap kesedihan diterima dengan sabar, tanpa mengeluh. Alhamdullilah sesudah itu lelaki tersebut tak pernah datang lagi untuk berkeluh kesah.
Apa yang kita simpulkan dari dua episode di atas? Sesungguhnya suasana jiwa, sangat berpengaruh pada bagaimana seseorang menyikapi dan menjalani hidup. Apa yang disampaikan Rasulullah saw kepada Abu Umaamah dalam episode pertama, selain do'a itu insya Allah akan diijabah oleh Allah swt, makna dan kandungan do'a itu akan menciptakan semangat jiwa yang baru dalam diri Abu Umaamah. Dan ternyata, dalam riwayat hadits tersebut, ketika Abu Umaamah membiasakan berdo'a sebagaimana yang diajarkan Rasulullah, ia menjadi pemuda yang giat bekerja sampai ia berhasil melunasi hutang-hutangnya.
Pelajaran itu tak berbeda dengan apa yang terjadi dalam dialog antara Abu Yazid dengan seorang pemuda yang murung itu. Abu Yazid menyampaikan bahwa hendaknya ia memandang dunia ini dengan hati yang gembira, senang dan wajah yang ceria. Dengan memperbaiki penampilan wajah, maka hati pun akan ceria. Dengan kata lain, Abu Yazid ingin merubah cara pandang pemuda itu terhadap hidup. Ia ingin mengajarkan bahwa hidup tak boleh disikapi dengan keresahan. Sekedar memandang hidup dengan keceriaan wajah yang akan membawa keceriaan hati. Keadaan itulah yang akan banyak membantu seseorang untuk giat bekerja dengan hati yang senang. Sederhana bukan?
Suatu ketika Rasulullah saw memasuki masjid. Tiba-tiba dilihatnya seorang lelaki Anshor bernama Abu Umamah yang duduk termenung. Rasulullah bertanya, "Hai Abu Umaamah, kenapa engkau duduk di masjid bukan pada waktu shalat?" "Susah karena memikirkan hutang ya Rasulullah?" ujar Abu Umaamah terus terang.
Rasul mengatakan, "Maukah engkau aku ajarkan satu bacaan yang bila engkau baca maka Allah akan menghapuskan kesusahanmu dan melunasi hutang-hutangmu?" Abu Umaamah berseri-seri dan segera menyambut tawaran Rasulullah tersebut.
Rasulullah saw berkata, "Ucapkanlah olehmu pada pagi dan petang: "Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari rasa susah dan sedih. Aku berlindung kepada-Mu dari sifat lemah dan malas. Aku berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut dan kikir, dan aku berlindung kepada-Mu dari lilitan hutang dan tekanan orang." (HR. Abu Daud)
Episode kedua :
Abu Yazid Al Busthami, salah satu tokoh sufi, pada suatu hari pernah didatangi seorang lelaki yang wajahnya kusam dan keningnya selalu berkerut. Dengan murung lelaki itu mengadu, "Tuan, sepanjang hidup saya, rasanya tak pernah lepas saya beribadah kepada Allah. Orang lain sudah lelap, saya masih bermunajat. Istri saya belum bangun, saya sudah mengaji. Saya juga bukan pemalas yang enggan mencari rezeki. Tetapi mengapa saya selalu malang dan kehidupan saya penuh kesulitan?"
Abu Yazid menjawab sederhana, "Perbaiki penampilanmu dan rubahlah roman mukamu. Kau tahu, Rasulullah adalah penduduk dunia yang miskin namun wajahnya tak pernah keruh dan selalu ceria. Sebab menurut Rasulullah, salah satu tanda penghuni neraka ialah muka masam yang membuat orang curiga kepadanya."
Lelaki itu tertunduk. Ia pun berjanji akan memperbaiki penampilannya. Setelah itu, wajahnya senantiasa berseri. Setiap kesedihan diterima dengan sabar, tanpa mengeluh. Alhamdullilah sesudah itu lelaki tersebut tak pernah datang lagi untuk berkeluh kesah.
Apa yang kita simpulkan dari dua episode di atas? Sesungguhnya suasana jiwa, sangat berpengaruh pada bagaimana seseorang menyikapi dan menjalani hidup. Apa yang disampaikan Rasulullah saw kepada Abu Umaamah dalam episode pertama, selain do'a itu insya Allah akan diijabah oleh Allah swt, makna dan kandungan do'a itu akan menciptakan semangat jiwa yang baru dalam diri Abu Umaamah. Dan ternyata, dalam riwayat hadits tersebut, ketika Abu Umaamah membiasakan berdo'a sebagaimana yang diajarkan Rasulullah, ia menjadi pemuda yang giat bekerja sampai ia berhasil melunasi hutang-hutangnya.
Pelajaran itu tak berbeda dengan apa yang terjadi dalam dialog antara Abu Yazid dengan seorang pemuda yang murung itu. Abu Yazid menyampaikan bahwa hendaknya ia memandang dunia ini dengan hati yang gembira, senang dan wajah yang ceria. Dengan memperbaiki penampilan wajah, maka hati pun akan ceria. Dengan kata lain, Abu Yazid ingin merubah cara pandang pemuda itu terhadap hidup. Ia ingin mengajarkan bahwa hidup tak boleh disikapi dengan keresahan. Sekedar memandang hidup dengan keceriaan wajah yang akan membawa keceriaan hati. Keadaan itulah yang akan banyak membantu seseorang untuk giat bekerja dengan hati yang senang. Sederhana bukan?
0 Tanggapan untuk "Ceriakan Hati dan Wajah Kita Setiap Hari"
Post a Comment