Dosa Kolektif
Sunday, February 13, 2011
Tambahkan komentar
Dari Abi amr, jarir ibnu abdillah rodiyallahu anhu, telah bersabda Rosullullah SAW: Barang siapa di dalam Islam berbuat amal kebaikan maka padanya balasan pahala, dan pahala orang yang mengikuti sesudahnya tanpa mengurangi pahalanya sedikit pun, dan barang siapa di dalam Islam berbuat amal keburukan maka padanya balasan dosa, dan dosa orang yang mengikutinya sesudahnya tanpa mengurangi dosanya sedikit pun (Muslim).
Keberkahan yang amat besar dan kenistaan yang amat besar pula bagi manusia, apabila benar-benar merenungi hadits ini. Betapa tidak, dalam kehidupannya manusia hanya diliputi oleh dua perbuatan, yaitu perbuatan baik dan perbuatan buruk. Tanpa kita sadari perbuatan baik kita dapat berimbas kebaikan bagi orang lain, tapi di lain pihak perbuatan buruk kita dapat berefek merugikan bagi orang lain.
Seandainya kita masih dapat mengingat kembali dan menghitung perbuatan kita, kemudian dengan itu kita dapat mengetahui berapa keburukan dan kebaikan yang harus ditambahkan pada pahala dan dosa kita. Karena kebaikan yang telah kita lakukan telah banyak dicontoh orang lain sehingga membawa kemaslahatan bagi semua orang. Selain itu juga kita harus berpikir dari sekian ribu keburukan yang telah kita lakukan, berapa banyak keburukan yang telah dicontoh orang lain, sehingga menjadikan koleksi dosa yang harus di pertanggungjawabkan semakin banyak. Timbulnya contoh yang buruk dapat menyebabkan hancurnya tatanan keteladanan.
Padahal keteladanan adalah kunci utama untuk memperbaiki akhlak. Kekuatan keteladanan lebih dapat diterima orang lain daripada sekadar nasihat-nasihat kosong tanpa implementasi. Setiap orang yang dinasihati pasti akan mencoba menilai perbuatan orang yang menasihati sebelum menerima wejangannya. Keberhasilan Rosulullah SAW dapat kita jadikan landasan dasar dari sikap tersebut. Dalam berdakwah beliau tidak hanya melemparkan wacana kosong kepada orang yang di dakwahi. Lebih dari itu beliau langsung menjadikan nasihat-nasihat beliau sebagai cara kehidupan beliau. Sehingga tidak ada celah sedikit pun untuk menelaah sikap beliau yang tidak sesuai dengan perkataannya.
Ketika beliau menyampaikan wahyu dari Allah Alquran pastilah beliau sudah dapat melaksanakan apabila itu sebuah perintah dan sudah pasti sudah bisa meninggalkan apabila itu sebuah larangan. Inilah bukti kebenaran perkataan Aisyah radiyallahuanha ketika ditanya perihal ahlak Rosulullah SAW, dan beliau menjawab bahwa akhlak rasulullah SAW adalah Alquran.
Contoh keburukan yang terus diikuti akan menjadi suatu masalah yang kompleks. Satu orang yang melalukan kemudian diikuti satu orang lain sehingga menjadi kumpulan komunitas yang melakukan sebuah aktivitas yang sama. Terkadang kita tidak pernah tahu siapa yang memulai dan sampai kapan perbuatan itu akan berlanjut.
Adalah Abu Al-hasan Al-asy`ary salah satu penganut aliran mu`tazilah yang sebelum akhir hayatnya bertaubat kemudian kembali berpedoman kepada sumber yang dapat dipercaya, yakni Alquran dan As-sunah. Beliau meniggalkan keragu-keraguannya dalam membela assunah dan menjelaskan akidah yang baik. Di hari beliau meninggal atas jenazahnya di kumandangkan: "Hari ini telah meninggal seorang tokoh pendukung As-sunah".
Sikap Abu Alhasan Al-asyary ini merupakan contoh dari pengakuan seorang terhadap kesalahannya. Dan diumumkan kepada halayak luas agar kesalahan yang telah diperbuat tidak diikuti orang lain, karena dapat menjadi sumber keburukan bagi orang lain. Beliau memutus rantai estafet yang beliau mulai dengan maksud menghilangkan dosa yang akan dibuat oleh para pengikutnya yang akan menjadi tanggung jawab beliau.
Seorang yang menjadi sumber kebaikan dan suri teladan bagi orang lain akan menerima balasan yang berlipat ganda. Begitu juga sebaliknya tanggung jawab seorang yang berbuat buruk kemudian perbuatan itu diikuti orang banyak, dosa dari semua yang mengikuti akan ditanggung oleh si sumber perbuatan, seperti ada pepatah yang berbunyi: Siapa yang menabur benih maka bersiaplah untuk menuai hasilnya kelak. Wa Allahu a`lam bishawab.
Keberkahan yang amat besar dan kenistaan yang amat besar pula bagi manusia, apabila benar-benar merenungi hadits ini. Betapa tidak, dalam kehidupannya manusia hanya diliputi oleh dua perbuatan, yaitu perbuatan baik dan perbuatan buruk. Tanpa kita sadari perbuatan baik kita dapat berimbas kebaikan bagi orang lain, tapi di lain pihak perbuatan buruk kita dapat berefek merugikan bagi orang lain.
Seandainya kita masih dapat mengingat kembali dan menghitung perbuatan kita, kemudian dengan itu kita dapat mengetahui berapa keburukan dan kebaikan yang harus ditambahkan pada pahala dan dosa kita. Karena kebaikan yang telah kita lakukan telah banyak dicontoh orang lain sehingga membawa kemaslahatan bagi semua orang. Selain itu juga kita harus berpikir dari sekian ribu keburukan yang telah kita lakukan, berapa banyak keburukan yang telah dicontoh orang lain, sehingga menjadikan koleksi dosa yang harus di pertanggungjawabkan semakin banyak. Timbulnya contoh yang buruk dapat menyebabkan hancurnya tatanan keteladanan.
Padahal keteladanan adalah kunci utama untuk memperbaiki akhlak. Kekuatan keteladanan lebih dapat diterima orang lain daripada sekadar nasihat-nasihat kosong tanpa implementasi. Setiap orang yang dinasihati pasti akan mencoba menilai perbuatan orang yang menasihati sebelum menerima wejangannya. Keberhasilan Rosulullah SAW dapat kita jadikan landasan dasar dari sikap tersebut. Dalam berdakwah beliau tidak hanya melemparkan wacana kosong kepada orang yang di dakwahi. Lebih dari itu beliau langsung menjadikan nasihat-nasihat beliau sebagai cara kehidupan beliau. Sehingga tidak ada celah sedikit pun untuk menelaah sikap beliau yang tidak sesuai dengan perkataannya.
Ketika beliau menyampaikan wahyu dari Allah Alquran pastilah beliau sudah dapat melaksanakan apabila itu sebuah perintah dan sudah pasti sudah bisa meninggalkan apabila itu sebuah larangan. Inilah bukti kebenaran perkataan Aisyah radiyallahuanha ketika ditanya perihal ahlak Rosulullah SAW, dan beliau menjawab bahwa akhlak rasulullah SAW adalah Alquran.
Contoh keburukan yang terus diikuti akan menjadi suatu masalah yang kompleks. Satu orang yang melalukan kemudian diikuti satu orang lain sehingga menjadi kumpulan komunitas yang melakukan sebuah aktivitas yang sama. Terkadang kita tidak pernah tahu siapa yang memulai dan sampai kapan perbuatan itu akan berlanjut.
Adalah Abu Al-hasan Al-asy`ary salah satu penganut aliran mu`tazilah yang sebelum akhir hayatnya bertaubat kemudian kembali berpedoman kepada sumber yang dapat dipercaya, yakni Alquran dan As-sunah. Beliau meniggalkan keragu-keraguannya dalam membela assunah dan menjelaskan akidah yang baik. Di hari beliau meninggal atas jenazahnya di kumandangkan: "Hari ini telah meninggal seorang tokoh pendukung As-sunah".
Sikap Abu Alhasan Al-asyary ini merupakan contoh dari pengakuan seorang terhadap kesalahannya. Dan diumumkan kepada halayak luas agar kesalahan yang telah diperbuat tidak diikuti orang lain, karena dapat menjadi sumber keburukan bagi orang lain. Beliau memutus rantai estafet yang beliau mulai dengan maksud menghilangkan dosa yang akan dibuat oleh para pengikutnya yang akan menjadi tanggung jawab beliau.
Seorang yang menjadi sumber kebaikan dan suri teladan bagi orang lain akan menerima balasan yang berlipat ganda. Begitu juga sebaliknya tanggung jawab seorang yang berbuat buruk kemudian perbuatan itu diikuti orang banyak, dosa dari semua yang mengikuti akan ditanggung oleh si sumber perbuatan, seperti ada pepatah yang berbunyi: Siapa yang menabur benih maka bersiaplah untuk menuai hasilnya kelak. Wa Allahu a`lam bishawab.
0 Tanggapan untuk "Dosa Kolektif"
Post a Comment