Kecantikan Hakiki
Sunday, February 13, 2011
Tambahkan komentar
Abu Hurairah RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, ''Ada dua golongan ahli neraka yang aku belum pernah melihatnya, yaitu kaum lelaki memegang cemeti bagaikan ekor sapi dipukulkan pada orang lain, dan perempuan-perempuan yang berpakaian tapi telanjang, serong, dan menyerongkan kepala mereka seperti punuk-punuk unta yang miring.Mereka tidak bisa masuk surga dan tak bisa merasakan baunya, padahal bau surga itu sebenarnya dapat dirasakan dari jarak sekian, sekian.''
Lebih dari 1.400 tahun lalu Rasulullah SAW telah mengingatkan tentang kecenderungan berpakaian wanita di suatu masa. Dirunut dengan fakta saat ini, hadis tersebut sangatlah relevan.
Mode yang berkembang pesat yang didesain dengan dalih simplicity (kesederhanaan) dan kepraktisan justru menjurus pada minimalisme dan sensualitas. Mengumbar paha, dada, lekuk tubuh, dan goyang seronok seolah dipaksakan untuk menjadi ''biasa''.
Lebih runyam lagi ketika kemudian berkembang pemahaman bahwa kecantikan lebih cenderung diukur berdasarkan faktor fisik. Kulit yang putih, rambut yang hitam lurus, tubuh yang langsing, serta ukuran-ukuran vital dengan bilangan-bilangan tertentu seolah menjadi standar wajib seorang wanita dianggap cantik atau bukan.
Seseorang bisa dilahirkan cantik, buruk rupa, berkulit putih, merah, kuning, atau coklat dan hitam, karena hal itu adalah sunatullah, sebagai suatu ketetapan dari Allah. Tidak ada satu manusia pun yang mampu menolak dengan wajah seperti apa ia dilahirkan.
Sehingga, bentuk rupa dan fisik seseorang tidak akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah. Yang dinilai dari tiap-tiap manusia adalah bagaimana dia menggunakan apa yang diberikan Allah kepadanya, baik dia cantik atau biasa-biasa saja.
Alangkah sia-sianya sebuah kecantikan bila digunakan tidak sesuai dengan kehendak pembuatnya, yaitu Allah SWT. Demikian pula akan sia-sia bila keburukan muka diratapi dan disesali, karena toh kita tidak dibebani dosa karena keburukan itu. Akan lain halnya bila merawat tubuh. Selama hal tersebut tidak mengubah ciptaan Allah, maka justru harus dilakukan sebagai bentuk merawat ciptaan-Nya.
Cantik yang hakiki justru tidak bertumpu pada fisik semata. Cantik hakiki dimunculkan dari dalam jiwa, dengan meresapkan pemahaman tentang Islam sehingga membentuk kepribadiannya.
Pemahaman Islam inilah yang niscaya akan menghasilkan kecantikan hakiki karena dia berkepribadian Islam: memiliki pola pikir Islami (aqliyah Islamiyah) dan berpola tingkah laku Islam (nafsiyah Islamiyah).
Maka, seseorang yang berkepribadian Islam ini tidak akan berpikir dengan selain kerangka berpikir Islam dan tidak akan berbuat selain dengan perbuatan yang sesuai dengan Islam.
Benar-benar akan cantik dan indah luar dalam karena sesuai dengan keinginan yang Maha Indah, sesuai dengan penegasan hadis Rasulullah SAW, ''Sesungguhnya Allah adalah Maha Indah dan menyukai keindahan.'' Wallahu a'lam.
Lebih dari 1.400 tahun lalu Rasulullah SAW telah mengingatkan tentang kecenderungan berpakaian wanita di suatu masa. Dirunut dengan fakta saat ini, hadis tersebut sangatlah relevan.
Mode yang berkembang pesat yang didesain dengan dalih simplicity (kesederhanaan) dan kepraktisan justru menjurus pada minimalisme dan sensualitas. Mengumbar paha, dada, lekuk tubuh, dan goyang seronok seolah dipaksakan untuk menjadi ''biasa''.
Lebih runyam lagi ketika kemudian berkembang pemahaman bahwa kecantikan lebih cenderung diukur berdasarkan faktor fisik. Kulit yang putih, rambut yang hitam lurus, tubuh yang langsing, serta ukuran-ukuran vital dengan bilangan-bilangan tertentu seolah menjadi standar wajib seorang wanita dianggap cantik atau bukan.
Seseorang bisa dilahirkan cantik, buruk rupa, berkulit putih, merah, kuning, atau coklat dan hitam, karena hal itu adalah sunatullah, sebagai suatu ketetapan dari Allah. Tidak ada satu manusia pun yang mampu menolak dengan wajah seperti apa ia dilahirkan.
Sehingga, bentuk rupa dan fisik seseorang tidak akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah. Yang dinilai dari tiap-tiap manusia adalah bagaimana dia menggunakan apa yang diberikan Allah kepadanya, baik dia cantik atau biasa-biasa saja.
Alangkah sia-sianya sebuah kecantikan bila digunakan tidak sesuai dengan kehendak pembuatnya, yaitu Allah SWT. Demikian pula akan sia-sia bila keburukan muka diratapi dan disesali, karena toh kita tidak dibebani dosa karena keburukan itu. Akan lain halnya bila merawat tubuh. Selama hal tersebut tidak mengubah ciptaan Allah, maka justru harus dilakukan sebagai bentuk merawat ciptaan-Nya.
Cantik yang hakiki justru tidak bertumpu pada fisik semata. Cantik hakiki dimunculkan dari dalam jiwa, dengan meresapkan pemahaman tentang Islam sehingga membentuk kepribadiannya.
Pemahaman Islam inilah yang niscaya akan menghasilkan kecantikan hakiki karena dia berkepribadian Islam: memiliki pola pikir Islami (aqliyah Islamiyah) dan berpola tingkah laku Islam (nafsiyah Islamiyah).
Maka, seseorang yang berkepribadian Islam ini tidak akan berpikir dengan selain kerangka berpikir Islam dan tidak akan berbuat selain dengan perbuatan yang sesuai dengan Islam.
Benar-benar akan cantik dan indah luar dalam karena sesuai dengan keinginan yang Maha Indah, sesuai dengan penegasan hadis Rasulullah SAW, ''Sesungguhnya Allah adalah Maha Indah dan menyukai keindahan.'' Wallahu a'lam.
0 Tanggapan untuk "Kecantikan Hakiki"
Post a Comment