Mujahadah, Penangkal Malas Ibadah
Tuesday, March 1, 2011
Tambahkan komentar
Imam Muslim meriwayatkan dari Ruba'i, beliau berkata : "Suatu malam saya bersama Rasulullah Saw., lalu saya mengambilkan air wudhu`nya dan segala kebutuhan-kebutuhannya. Kemudian beliau bersabda, 'Mintalah kepadaku.'
Saya menjawab, 'Saya memohon agar bisa menyertai anda di surga.'
Nabi Saw. bertanya, 'Tidakkah kamu minta yang lainnya?'
Saya katakan, 'Itulah permintaan saya.'
Kemudian Beliau bersabda, 'Kalau begitu tolonglah saya untuk menyelamatkanmu dengan banyak bersujud (melakukan shalat).'"
Bertolak dari bimbingan Rasulullah Saw. tentang mujahadah (bersungguh-sungguh) dan bagaimana memaksakan diri dalam taat kepadanya, maka generasi salaf yang shalih telah menapaki jalan mujahadah dan melatih diri agar terus bisa bermujahadah. Setiap kali mereka menemui kemalasan atau kelalaian dalam melaksanakan hak-hak Allah walaupun hanya berupa amalan sunnah, mereka bangkit dari kelalaiannya. Hati mereka merasakan hembusan keimanan dan jiwa mereka merasakan manisnya ibadah dan nikmatnya munajat.
Disamping itu, melalui hadits di atas, Beliau Saw. ingin menegaskan bahwa nasib seseorang di akhirat, amat ditentukan oleh amal shalihnya sendiri. Makanya, menanggapi permintaan Ruba'i, Nabi Saw. bersabda :
"Tolonglah saya untuk menyelamatkanmu dengan banyak bersujud (banyak shalat)."
Visi pelaksanaan ibadah para shahabat Nabi Saw. sama dengan pemenuhan kebutuhan primer, bahkan lebih dari itu. Dalam sebuah riwayat diceritakan, Umar bin Khaththab ra. pernah ketinggalan shalat berjama'ah. Untuk menebus kelalaian itu, malamnya Umar tidak tidur dan mengisinya dengan ibadah.
Salah seorang ulama salaf berkata :
"Kalau saya merasa malas dalam beribadah, maka saya perhatikan wajah Muhammad bin Wasi (seorang alim yang banyak beribadah), kemudian saya ikuti cara beribadahnya selama seminggu."
Karz bin Wabrah selalu mengkhatamkan Al-Qur`an tiga kali setiap hari.
Menurut Abdullah Nasih Ulwan dalam bukunya "Ruhaniyatud Da'iyah" ada dua cara yang bisa ditempuh agar kita bisa bermujahadah dalam beribadah.
Pertama, hendaklah pelaksanaan amal-amal yang sunnah tidak melupakan pelaksanaan yang wajib. Rasulullah Saw. bersabda :
"Sesungguhnya Allah Swt. punya hal yang harus dipenuhi, dan keluargamu juga punya hak yang harus kamu penuhi. Penhilah setiap hak mereka" (HR Bukhari).
Kedua, tidak memaksakan diri dengan amal-amal sunnah yang di luar kemampuannya, sebagaimana sabda Nabi saw : "Hendaklah kalian beramal sesuai dengan kemampuan kalian. Demi Allah, Allah tidak akan bosan sehingga kalian merasa bosan" (HR Bukahri dan Muslim).
Mujahadah adalah sesuatu yang urgen, mengingat Rasulullah Saw. pernah bersabda : "Al-imaanu yaziidu wa yankushu, fajaddidu imanakum bi laa ilaha illallah" (iman itu bisa bertambah atau berkurang, oleh karenanya perbaharuilah imanmu itu dengan laa ilaha illallah).
Kita harus senantiasa memperbaharui iman dengan selalu mengingat dan mengaplikasikan syahadatain yang telah kita ucapkan. Wallahu a'lam.
Saya menjawab, 'Saya memohon agar bisa menyertai anda di surga.'
Nabi Saw. bertanya, 'Tidakkah kamu minta yang lainnya?'
Saya katakan, 'Itulah permintaan saya.'
Kemudian Beliau bersabda, 'Kalau begitu tolonglah saya untuk menyelamatkanmu dengan banyak bersujud (melakukan shalat).'"
Bertolak dari bimbingan Rasulullah Saw. tentang mujahadah (bersungguh-sungguh) dan bagaimana memaksakan diri dalam taat kepadanya, maka generasi salaf yang shalih telah menapaki jalan mujahadah dan melatih diri agar terus bisa bermujahadah. Setiap kali mereka menemui kemalasan atau kelalaian dalam melaksanakan hak-hak Allah walaupun hanya berupa amalan sunnah, mereka bangkit dari kelalaiannya. Hati mereka merasakan hembusan keimanan dan jiwa mereka merasakan manisnya ibadah dan nikmatnya munajat.
Disamping itu, melalui hadits di atas, Beliau Saw. ingin menegaskan bahwa nasib seseorang di akhirat, amat ditentukan oleh amal shalihnya sendiri. Makanya, menanggapi permintaan Ruba'i, Nabi Saw. bersabda :
"Tolonglah saya untuk menyelamatkanmu dengan banyak bersujud (banyak shalat)."
Visi pelaksanaan ibadah para shahabat Nabi Saw. sama dengan pemenuhan kebutuhan primer, bahkan lebih dari itu. Dalam sebuah riwayat diceritakan, Umar bin Khaththab ra. pernah ketinggalan shalat berjama'ah. Untuk menebus kelalaian itu, malamnya Umar tidak tidur dan mengisinya dengan ibadah.
Salah seorang ulama salaf berkata :
"Kalau saya merasa malas dalam beribadah, maka saya perhatikan wajah Muhammad bin Wasi (seorang alim yang banyak beribadah), kemudian saya ikuti cara beribadahnya selama seminggu."
Karz bin Wabrah selalu mengkhatamkan Al-Qur`an tiga kali setiap hari.
Menurut Abdullah Nasih Ulwan dalam bukunya "Ruhaniyatud Da'iyah" ada dua cara yang bisa ditempuh agar kita bisa bermujahadah dalam beribadah.
Pertama, hendaklah pelaksanaan amal-amal yang sunnah tidak melupakan pelaksanaan yang wajib. Rasulullah Saw. bersabda :
"Sesungguhnya Allah Swt. punya hal yang harus dipenuhi, dan keluargamu juga punya hak yang harus kamu penuhi. Penhilah setiap hak mereka" (HR Bukhari).
Kedua, tidak memaksakan diri dengan amal-amal sunnah yang di luar kemampuannya, sebagaimana sabda Nabi saw : "Hendaklah kalian beramal sesuai dengan kemampuan kalian. Demi Allah, Allah tidak akan bosan sehingga kalian merasa bosan" (HR Bukahri dan Muslim).
Mujahadah adalah sesuatu yang urgen, mengingat Rasulullah Saw. pernah bersabda : "Al-imaanu yaziidu wa yankushu, fajaddidu imanakum bi laa ilaha illallah" (iman itu bisa bertambah atau berkurang, oleh karenanya perbaharuilah imanmu itu dengan laa ilaha illallah).
Kita harus senantiasa memperbaharui iman dengan selalu mengingat dan mengaplikasikan syahadatain yang telah kita ucapkan. Wallahu a'lam.
0 Tanggapan untuk "Mujahadah, Penangkal Malas Ibadah"
Post a Comment