Ketika Benih Mulai Tumbuh
Friday, April 8, 2011
Tambahkan komentar
Setetes cinta yang tertawan
Dan benih kasih yang tersipu
Berbalut asa dan doa
Hingga tibalah tiupan ruh
Jadilah,... Maka jadilah kamu!
***
Putriku terkasih,...!!
Tak ada yang tahu apa yang akan terjadi di depan nanti. Bahkan ketika kedipan mata serta hembusan nafas yang keluar dari tubuh fana hilang dihisap oleh alam sekitar. Kita tak pernah tahu apakah masih ada kesempatan untuk sekali lagi mengedipkan mata. Bahkan kita tak bisa menjamin pada diri sendiri untuk sekedar bisa menarik nafas yang sama pada detik berikutnya, kecuali hanya dengan izin Sang Empunya hidup hingga Allah Subhaanahu wa ta'ala memberikan iradahNya. Dan sesungguhnya, takdir jualah yang telah menuntunmu hingga di titik ini.
Maka begitulah yang telah terjadi di saat itu. Masa- masa di mana benih cinta kedua orang tuamu dipersatukan dalam sebuah ikatan yang sakral. Hingga Allah Subhaanahu wa ta'ala pula yang telah menciptakan dan menumbuhkembangkan benih suci dari buah kasih itu bersama hujan cinta-Nya. Menjaga serta merawatmu dari detik ke detik dalam pelukan rahim kasih sayang. Lalu waktu pun terus berlalu sampai tiba sebuah hari saat semua orang di sekeliling berharap-harap cemas saat menantikan kehadiranmu. Dan kepadamu, ingin ku sampaikan sebuah firman Allah Subhaanahu wa ta'ala tentang kehadiran seorang anak sepertimu bagiku:
"Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar." (Al-Anfal: 28)
Itulah faktanya! Bahwa kehadiranmu yang sangat membahagiakan itu hakekatnya adalah benar-benar hanya sebagai ujian dan cobaan semata. Dengan ilmuNya, telah Dia percayakan engkau dalam asuhan kami. Maka, kau pun harus paham bahwa untuk mengemban amanah berat itu memerlukan suatu proses serta cara yang tepat. Agar ketika tiba waktunya nanti untuk mempertanggungjawabkanmu dihadapanNya, aku akan bisa tersenyum sekaligus membanggakan dirimu.
Selanjutnya, tak ada lagi keinginan lain dalam diriku kecuali cita-cita untuk membawamu kepada jalan cahaya yang telah disediakanNya. Hari depanmu yang -bahkan kami sendiri belum tahu- itu harus mampu kau lalui dengan baik. Dan khusus untukmu, wahai putriku terkasih, jadikan segala hal yang telah berlalu itu sebagai kekuatan untuk menyongsong hari esok milikmu yang jelas belum bisa kami bayangkan.
***
Habibillah, Haikal Hira | 2008 | Sebab Mekarmu Hanya Sekali : Surat Cinta Untuk Putri Tercinta | Jatinangor: Pustaka El-Posowi
Dan benih kasih yang tersipu
Berbalut asa dan doa
Hingga tibalah tiupan ruh
Jadilah,... Maka jadilah kamu!
***
Putriku terkasih,...!!
Tak ada yang tahu apa yang akan terjadi di depan nanti. Bahkan ketika kedipan mata serta hembusan nafas yang keluar dari tubuh fana hilang dihisap oleh alam sekitar. Kita tak pernah tahu apakah masih ada kesempatan untuk sekali lagi mengedipkan mata. Bahkan kita tak bisa menjamin pada diri sendiri untuk sekedar bisa menarik nafas yang sama pada detik berikutnya, kecuali hanya dengan izin Sang Empunya hidup hingga Allah Subhaanahu wa ta'ala memberikan iradahNya. Dan sesungguhnya, takdir jualah yang telah menuntunmu hingga di titik ini.
Maka begitulah yang telah terjadi di saat itu. Masa- masa di mana benih cinta kedua orang tuamu dipersatukan dalam sebuah ikatan yang sakral. Hingga Allah Subhaanahu wa ta'ala pula yang telah menciptakan dan menumbuhkembangkan benih suci dari buah kasih itu bersama hujan cinta-Nya. Menjaga serta merawatmu dari detik ke detik dalam pelukan rahim kasih sayang. Lalu waktu pun terus berlalu sampai tiba sebuah hari saat semua orang di sekeliling berharap-harap cemas saat menantikan kehadiranmu. Dan kepadamu, ingin ku sampaikan sebuah firman Allah Subhaanahu wa ta'ala tentang kehadiran seorang anak sepertimu bagiku:
"Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar." (Al-Anfal: 28)
Itulah faktanya! Bahwa kehadiranmu yang sangat membahagiakan itu hakekatnya adalah benar-benar hanya sebagai ujian dan cobaan semata. Dengan ilmuNya, telah Dia percayakan engkau dalam asuhan kami. Maka, kau pun harus paham bahwa untuk mengemban amanah berat itu memerlukan suatu proses serta cara yang tepat. Agar ketika tiba waktunya nanti untuk mempertanggungjawabkanmu dihadapanNya, aku akan bisa tersenyum sekaligus membanggakan dirimu.
Selanjutnya, tak ada lagi keinginan lain dalam diriku kecuali cita-cita untuk membawamu kepada jalan cahaya yang telah disediakanNya. Hari depanmu yang -bahkan kami sendiri belum tahu- itu harus mampu kau lalui dengan baik. Dan khusus untukmu, wahai putriku terkasih, jadikan segala hal yang telah berlalu itu sebagai kekuatan untuk menyongsong hari esok milikmu yang jelas belum bisa kami bayangkan.
***
Habibillah, Haikal Hira | 2008 | Sebab Mekarmu Hanya Sekali : Surat Cinta Untuk Putri Tercinta | Jatinangor: Pustaka El-Posowi
0 Tanggapan untuk "Ketika Benih Mulai Tumbuh"
Post a Comment