Menjadi Kaya Sesungguhnya
Friday, April 8, 2011
Tambahkan komentar
Umar bin Khattab ra pernah berkata : “Jadilah kalian bejana Al Quran dan sumber ilmu. Mohonlah kepada Allah rizqi yang cukup untuk sehari demi sehari. Harta itu tidak mendatangkan mudharat kepada kalian selagi ia tidak sangat banyak.”
Definisi kekayaan secara materi sangat mudah dipahami, demikian juga pengertian miskin secara harta, lebih mudah dipahami. Menurut Ibnul Qoyyim, kekayaan hakiki adalah kekayaan hati dan jiwa. Beliau menjabarkan kaya hati adalah kepasrahan dan kebergantungan mutlak pada Allah Swt. Sedangkan kaya jiwa adalah keistiqomahan kepada Allah dan mengarahkan semua perkataan dan perbuatan hanya karena Allah Swt.
Ada sebuah ungkapan indah disampaikan oleh Ibnul Qayyim tentang hakikat kaya dan miskin sebagaimana tertera dalam firman Allah Swt Surat Al Fajr ayat 15–17. Makna ayat tersebut menurut Ibnul Qayyim, Allah menerangkan bahwa “Bukanlah berarti orang yang Kulapangkan rizqinya dan Kuberikan anugerah dari-Ku adalah orang yang Kumuliakan, bukan berarti orang yang Kusempitkan rizqinya dan Kutahan darinya adalah orang yang kuhinakan. Yang disebut kemuliaan adalah jika Allah memuliakan hamba sehingga dia taat, beriman dan mencintaiNya. Sedangkan kehinaan ialah jika semua itu dicabut dari seorang hamba.”
Lebih tegas lagi Yahya bin Muadz pernah mengatakan “Besok di hari kiamat tidak ada lagi timbangan karena kefakiran dan kekayaan tetapi yang ada adalah timbangan karena sabar dan syukur”.
Jika kita ingin lebih jauh lagi merenung, ketahuilah kekayaan tidak hanya ada dalam satu rasa, satu bentuk dan satu makna. Kekayaan dapat dipahami dalam banyak konteks, kekayaan akan jiwa yang sabar, sabar menjalani prosesi-prosesi kehidupan. Tidak malas, tidak pasrah secara salah, tidak merampas hak orang lain. Terlebih jika Allah karuniakan kekayaan dalam bentuk materi, ia tidak menjadi sombong dan kikir karenanya. Maka hendaknya segera letakkan kekayaan di tangan bukan di hati. Kaya dapat dimaknai juga dengan ikhlas. Ikhlas merupakan puncak pemahaman. Menancapkan dalam jiwa bahwa segala pemberian Allah dalam bentuk apapun adalah adil.
Bentuk lain dari kekayaan yang sangat berharga adalah ilmu. Sumber ilmu adalah Allah Swt. Penghargaan Islam terhadap ilmu sangat tinggi, karena ilmu memang kekayaan yang layak dihargai dengan tinggi. Bersyukurlah mukmin yang tinggi ilmunya. Memadai dan dapat memanfaatkan serta bermanfaat untuk orang lain dan lingkungan dalam rangka memuliakan Islam.
Anak-anak dan keturunan yang sholih merupakan bentuk lain dari sebuah kekayaan. Anak-anak adalah investasi. Anak yang sholih yang mendoakan kedua orangtuanya adalah aset kekayaan yang tak tergantikan oleh apapun. Tak berlebihan jika para Rosul, para Nabi selalu memohon diberikan keturunan yang sholih.
Ditengah krisis pemaknaan atas kaya dan miskin, kita tidak boleh salah langkah. Harus ada kehendak kuat, kemauan besar untuk meniti tapak demi tapak menuju kekayaan jati diri seorang mukmin yang kerinduannya kepada surga menjadikan ia banyak bekerja untuk mengejar puncak kekayaan yang tiada duanya. Karena kaya atau miskin, banyak atau sedikit, lama atau sebentar, susah atau mudah ternyata tergantung bagaimana kita memandangnya. Ada banyak sumber kekayaan selain kekayaan materi. Ini memberi setiap mukmin ruang yang lebih luas, bahwa siapa saja bisa menjadi kaya. Bila sekedar menyambung hidup, jatah rizqi yang dijatahkan Allah pasti bisa untuk menyambung hidup kita hingga datang ajal dan kematian kita, tentu dengan usaha dan ikhtiar. Itulah rahasia kaya dan miskin. Hakikatnya ada pada sejauh mana kita merasa butuh kepada Allah, merasa fakir dihadapan Allah dan menjadi kaya dihadapan manusia.
Dan malam ini sebuah nasihat lewat SMS mampir dari seorang sahabat yang menyemangati menjadi kaya yang sesungguhnya “Jadilah wanita yang tidak terpukau oleh harta dalam kehidupan. Jadilah tegar tiada pernah mengeluh. Tiada pernah menuntut suatu apapun di hari-hari kritis. Sesungguhnya hidup bersama jihad adalah kehidupan yang paling lezat dan sabar dalam kesempatan apapun lebih indah dari gemilangnya kenikmatan dan kemewahan dunia. Teruslah dalam kezuhudan niscaya Allah mencintaimu.”
Definisi kekayaan secara materi sangat mudah dipahami, demikian juga pengertian miskin secara harta, lebih mudah dipahami. Menurut Ibnul Qoyyim, kekayaan hakiki adalah kekayaan hati dan jiwa. Beliau menjabarkan kaya hati adalah kepasrahan dan kebergantungan mutlak pada Allah Swt. Sedangkan kaya jiwa adalah keistiqomahan kepada Allah dan mengarahkan semua perkataan dan perbuatan hanya karena Allah Swt.
Ada sebuah ungkapan indah disampaikan oleh Ibnul Qayyim tentang hakikat kaya dan miskin sebagaimana tertera dalam firman Allah Swt Surat Al Fajr ayat 15–17. Makna ayat tersebut menurut Ibnul Qayyim, Allah menerangkan bahwa “Bukanlah berarti orang yang Kulapangkan rizqinya dan Kuberikan anugerah dari-Ku adalah orang yang Kumuliakan, bukan berarti orang yang Kusempitkan rizqinya dan Kutahan darinya adalah orang yang kuhinakan. Yang disebut kemuliaan adalah jika Allah memuliakan hamba sehingga dia taat, beriman dan mencintaiNya. Sedangkan kehinaan ialah jika semua itu dicabut dari seorang hamba.”
Lebih tegas lagi Yahya bin Muadz pernah mengatakan “Besok di hari kiamat tidak ada lagi timbangan karena kefakiran dan kekayaan tetapi yang ada adalah timbangan karena sabar dan syukur”.
Jika kita ingin lebih jauh lagi merenung, ketahuilah kekayaan tidak hanya ada dalam satu rasa, satu bentuk dan satu makna. Kekayaan dapat dipahami dalam banyak konteks, kekayaan akan jiwa yang sabar, sabar menjalani prosesi-prosesi kehidupan. Tidak malas, tidak pasrah secara salah, tidak merampas hak orang lain. Terlebih jika Allah karuniakan kekayaan dalam bentuk materi, ia tidak menjadi sombong dan kikir karenanya. Maka hendaknya segera letakkan kekayaan di tangan bukan di hati. Kaya dapat dimaknai juga dengan ikhlas. Ikhlas merupakan puncak pemahaman. Menancapkan dalam jiwa bahwa segala pemberian Allah dalam bentuk apapun adalah adil.
Bentuk lain dari kekayaan yang sangat berharga adalah ilmu. Sumber ilmu adalah Allah Swt. Penghargaan Islam terhadap ilmu sangat tinggi, karena ilmu memang kekayaan yang layak dihargai dengan tinggi. Bersyukurlah mukmin yang tinggi ilmunya. Memadai dan dapat memanfaatkan serta bermanfaat untuk orang lain dan lingkungan dalam rangka memuliakan Islam.
Anak-anak dan keturunan yang sholih merupakan bentuk lain dari sebuah kekayaan. Anak-anak adalah investasi. Anak yang sholih yang mendoakan kedua orangtuanya adalah aset kekayaan yang tak tergantikan oleh apapun. Tak berlebihan jika para Rosul, para Nabi selalu memohon diberikan keturunan yang sholih.
Ditengah krisis pemaknaan atas kaya dan miskin, kita tidak boleh salah langkah. Harus ada kehendak kuat, kemauan besar untuk meniti tapak demi tapak menuju kekayaan jati diri seorang mukmin yang kerinduannya kepada surga menjadikan ia banyak bekerja untuk mengejar puncak kekayaan yang tiada duanya. Karena kaya atau miskin, banyak atau sedikit, lama atau sebentar, susah atau mudah ternyata tergantung bagaimana kita memandangnya. Ada banyak sumber kekayaan selain kekayaan materi. Ini memberi setiap mukmin ruang yang lebih luas, bahwa siapa saja bisa menjadi kaya. Bila sekedar menyambung hidup, jatah rizqi yang dijatahkan Allah pasti bisa untuk menyambung hidup kita hingga datang ajal dan kematian kita, tentu dengan usaha dan ikhtiar. Itulah rahasia kaya dan miskin. Hakikatnya ada pada sejauh mana kita merasa butuh kepada Allah, merasa fakir dihadapan Allah dan menjadi kaya dihadapan manusia.
Dan malam ini sebuah nasihat lewat SMS mampir dari seorang sahabat yang menyemangati menjadi kaya yang sesungguhnya “Jadilah wanita yang tidak terpukau oleh harta dalam kehidupan. Jadilah tegar tiada pernah mengeluh. Tiada pernah menuntut suatu apapun di hari-hari kritis. Sesungguhnya hidup bersama jihad adalah kehidupan yang paling lezat dan sabar dalam kesempatan apapun lebih indah dari gemilangnya kenikmatan dan kemewahan dunia. Teruslah dalam kezuhudan niscaya Allah mencintaimu.”
0 Tanggapan untuk "Menjadi Kaya Sesungguhnya"
Post a Comment