Sahabat Sejati dan Lingkungan Pergaulan
Friday, April 8, 2011
Tambahkan komentar
Setelah kau lakukan kewajiban hijab, maka paling tidak telah kau pasang sebuah perlindungan awal dan mendasar untuk mulai menapak masuk ke dalam kehidupan yang semakin rumit. Tentu saja kau tak harus berjuang sendirian di sana. Sebab, hanya dengan teman serta lingkungan yang baiklah, maka kau akan mampu untuk mempertahankan nilai- nilai agama yang selama ini telah kau pegang. Janganlah pernah berhenti mencari sebuah pertemanan tulus serta lingkungan yang baik demi keselamatan agamamu dan kesucian dirimu. Karena siapa pun tak akan sanggup bertahan sendirian di tengah arus perubahan zaman yang begitu cepat. Kau akan tetap membutuhkan seorang teman serta lingkungan yang tepat untuk bisa memperbaiki kualitas hidup serta imanmu di masa-masa yang akan datang. Ingatlah, bahwa tidak semua orang bisa kau jadi-kan sahabat atau teman. Rasulullah telah mengingatkan kita tentang hal ini melalui lisannya yang suci:
"Seseorang itu tergantung perilaku dan kebiasaan temannya, maka hendaklah salah seorang dari kalian memperhatikan dengan siapa ia akan berteman." (HR. Abu Dawud, no. 4833 dan at-Tirmidzi)
Dan dengarlah wahai putriku! Bahwa sebaik-baik persahabatan itu adalah yang bisa memberikan manfaat bagimu di bidang agama sekaligus dunia. Bahkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sendiri mempertegas perlunya sikap kehati-hatian di dalam memilih teman dengan sabdanya:
"Janganlah bersahabat, kecuali dengan orang yang beriman, dan janganlah makan makananmu, kecuali orang yang bertakwa." (HR. Abu Daud, no. 4837, dan at-Tirmidzi, no. 2395)
Seorang remaja putri yang baik sepertimu, bukan tak mungkin akan bisa terpengaruh oleh seorang sahabat yang buruk akhlak dan moralnya. Sungguh, sahabat seperti itu hanya akan membawamu pada kondisi yang menjerumuskan. Bahkan tidak mustahil, melalui lingkungan pergaulan semacam itu pada akhirnya akan memunculkan paradigma- paradigma ‘modern’ yang menyesatkan seperti; istiqamah itu kuno, jilbab itu hanya tradisi, serta pandangan kampungan, bahwa ‘budaya maju’ itu justru pelaksanaan ikhtilath, tabaruj, serta mempertontonkan kemolekan dan kecantikan tubuh pada siapa saja dengan melepas-kan baju-baju takwa (hijab). Begitulah! Sehingga tanpa terasa dan dengan perlahan-lahan, kau mulai tertarik dengan semua argumen manis dan ‘masuk akal’ itu, untuk kemudian tanpa sadar mulai melaksanakannya sedikit demi sedikit. Tanpa pernah menyadari bahwa budaya baru itu sebenarnya merupakan rekayasa cermat dan terencana dari musuh-musuh Allah Subhaanahu wa ta'ala untuk menyeretmu ke dalam jurang kenistaan. Dan pada akhirnya kelak kau akan menyesalinya. Namun saat itu penyesalan tidak lagi berguna. Allah Subhaanahu wa ta'ala berfirman,
"Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu sebagai teman akrab (ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari al-Qur'an ketika al-Qur'an itu telah datang kepadaku. Dan setan itu tidak mau menolong manusia. " (Al-Furqan: 28-29).
Sungguh, jangan pernah sekali-kali kamu mencoba untuk berteman dengan seseorang yang rendah ilmu agama serta akhlaknya kecuali bila kamu berada pada posisi yang lebih kuat untuk bisa memberinya nasehat serta peringatan. Sebab telah diwajibkan pada siapa pun untuk mengajarkan kebaikan serta menghalangi tindak kemungkaran sebatas kemampuan yang ada. Dan Allah Subhaanahu wa ta'ala telah menjamin mereka –orang-orang yang beramar ma’ruf nahi mungkar- itu sebagai golongan dari orang-orang yang beruntung. Allah Subhaanahu wata'ala berfirman,
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru pada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf serta mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung." (Ali Imran: 104)
Dan di dalam kondisi masyarakat yang sudah tidak lagi mempertimbangkan nilai akhlak serta masalah syariat sebagai landasannya, maka tidak ada cara lain untuk menggapai keselamatan itu selain terus berupaya memperkuat pertahanan iman dari dalam diri sendiri. Inilah faktor yang paling penting dan sangat menentukan bagi berhasil atau tidaknya perjalananmu melalui tahapan ini.
***
Habibillah, Haikal Hira | 2008 | Sebab Mekarmu Hanya Sekali : Surat Cinta Untuk Putri Tercinta | Jatinangor: Pustaka El-Posowi
"Seseorang itu tergantung perilaku dan kebiasaan temannya, maka hendaklah salah seorang dari kalian memperhatikan dengan siapa ia akan berteman." (HR. Abu Dawud, no. 4833 dan at-Tirmidzi)
Dan dengarlah wahai putriku! Bahwa sebaik-baik persahabatan itu adalah yang bisa memberikan manfaat bagimu di bidang agama sekaligus dunia. Bahkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sendiri mempertegas perlunya sikap kehati-hatian di dalam memilih teman dengan sabdanya:
"Janganlah bersahabat, kecuali dengan orang yang beriman, dan janganlah makan makananmu, kecuali orang yang bertakwa." (HR. Abu Daud, no. 4837, dan at-Tirmidzi, no. 2395)
Seorang remaja putri yang baik sepertimu, bukan tak mungkin akan bisa terpengaruh oleh seorang sahabat yang buruk akhlak dan moralnya. Sungguh, sahabat seperti itu hanya akan membawamu pada kondisi yang menjerumuskan. Bahkan tidak mustahil, melalui lingkungan pergaulan semacam itu pada akhirnya akan memunculkan paradigma- paradigma ‘modern’ yang menyesatkan seperti; istiqamah itu kuno, jilbab itu hanya tradisi, serta pandangan kampungan, bahwa ‘budaya maju’ itu justru pelaksanaan ikhtilath, tabaruj, serta mempertontonkan kemolekan dan kecantikan tubuh pada siapa saja dengan melepas-kan baju-baju takwa (hijab). Begitulah! Sehingga tanpa terasa dan dengan perlahan-lahan, kau mulai tertarik dengan semua argumen manis dan ‘masuk akal’ itu, untuk kemudian tanpa sadar mulai melaksanakannya sedikit demi sedikit. Tanpa pernah menyadari bahwa budaya baru itu sebenarnya merupakan rekayasa cermat dan terencana dari musuh-musuh Allah Subhaanahu wa ta'ala untuk menyeretmu ke dalam jurang kenistaan. Dan pada akhirnya kelak kau akan menyesalinya. Namun saat itu penyesalan tidak lagi berguna. Allah Subhaanahu wa ta'ala berfirman,
"Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu sebagai teman akrab (ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari al-Qur'an ketika al-Qur'an itu telah datang kepadaku. Dan setan itu tidak mau menolong manusia. " (Al-Furqan: 28-29).
Sungguh, jangan pernah sekali-kali kamu mencoba untuk berteman dengan seseorang yang rendah ilmu agama serta akhlaknya kecuali bila kamu berada pada posisi yang lebih kuat untuk bisa memberinya nasehat serta peringatan. Sebab telah diwajibkan pada siapa pun untuk mengajarkan kebaikan serta menghalangi tindak kemungkaran sebatas kemampuan yang ada. Dan Allah Subhaanahu wa ta'ala telah menjamin mereka –orang-orang yang beramar ma’ruf nahi mungkar- itu sebagai golongan dari orang-orang yang beruntung. Allah Subhaanahu wata'ala berfirman,
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru pada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf serta mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung." (Ali Imran: 104)
Dan di dalam kondisi masyarakat yang sudah tidak lagi mempertimbangkan nilai akhlak serta masalah syariat sebagai landasannya, maka tidak ada cara lain untuk menggapai keselamatan itu selain terus berupaya memperkuat pertahanan iman dari dalam diri sendiri. Inilah faktor yang paling penting dan sangat menentukan bagi berhasil atau tidaknya perjalananmu melalui tahapan ini.
***
Habibillah, Haikal Hira | 2008 | Sebab Mekarmu Hanya Sekali : Surat Cinta Untuk Putri Tercinta | Jatinangor: Pustaka El-Posowi
0 Tanggapan untuk "Sahabat Sejati dan Lingkungan Pergaulan"
Post a Comment