Instruksi Ganjil
Wednesday, February 8, 2012
Tambahkan komentar
Sultan Alauddin Syah,
penguasa Asia Tengah abad 11, mengakui banyak aparatnya yang suka korupsi,
kolusi, menyelewengkan hukum dan berbuat hal-hal lain yang melanggar
undang-undang. Tetapi ia tidak tahan menerima kritik para ulama terhadap
kelambanannya menangani kasus-kasus tersebut.
"Tangkaplah para ulama tukang kritik itu, agar kita tenang melakukan pemberantasan korupsi," Sultan mengeluarkan instruksi.
Penasihat Sultan yang sudah muak menyaksikan kebobrokan aparat pemerintahnya menilai instruksi itu sangat ganjil.
"Tidakkah terbalik, Paduka?" kata penasihat. "Menurut hemat hamba, sebaiknya para koruptor itu yang ditangkap, bukan para ulama tukang kritik. Maka Paduka akan tenang memberantas segala kejahatan, karena para pelakunya sudah meringkuk dalam penjara. Jika para ulama yang ditangkap, bagaimana Paduka akan mampu membereskan para koruptor yang bebas berkeliaran di sekeliling istana?"
"Tangkaplah para ulama tukang kritik itu, agar kita tenang melakukan pemberantasan korupsi," Sultan mengeluarkan instruksi.
Penasihat Sultan yang sudah muak menyaksikan kebobrokan aparat pemerintahnya menilai instruksi itu sangat ganjil.
"Tidakkah terbalik, Paduka?" kata penasihat. "Menurut hemat hamba, sebaiknya para koruptor itu yang ditangkap, bukan para ulama tukang kritik. Maka Paduka akan tenang memberantas segala kejahatan, karena para pelakunya sudah meringkuk dalam penjara. Jika para ulama yang ditangkap, bagaimana Paduka akan mampu membereskan para koruptor yang bebas berkeliaran di sekeliling istana?"
0 Tanggapan untuk "Instruksi Ganjil"
Post a Comment