Taman Kupu-Kupu Surga
Thursday, March 29, 2012
Tambahkan komentar
Ahad pagi… alhamdulillah aku merasa sangat cantik hari ini,
mungkin karena telah kutumpahkan segala bebanku kepada Yang Berhak untuk
dicurhati. Meski fisik ini terasa begitu lemah, namun semangatku menggebu untuk
tidak telat mengikuti pelatihan istimewa. Kupaksakan diriku untuk beranjak dan
bersiap-siap.
Setengah tujuh pagi, kutelusuri jalan yang masih asing
bagiku dengan angkot CH. Kuperhatikan sepanjang jalan agar tidak salah turun
alias nyasar. Maklum aku masih termasuk newcomers di kota metropolitan ini. Aku
hanya diberi arahan agar turun di halte Mustika lalu jalan sedikit, sampailah
di tempat training itu. Alhamdulillah… baru kali ini aku melihat Jakarta begitu
lengang pagi ini, beda dengan hari-hari dimana aku harus berdesakan dalam
metromini, mana macet lagi… Aku berpikir, kemana ya orang-orang sebanyak itu di
pagi ini? Ah… sepertinya mereka juga pasti memiliki kegiatan sendiri seperti
diriku.
Subhanallah… Segala Puji bagi-Mu yang menggerakkan hati
setiap jiwa dengan kecenderungannya masing-masing. Mudah-mudahan Engkau
senantiasa Menggerakkan hati kami cenderung kepada kebaikan dan taqwa.
Akhirnya, sampai juga aku. Wah… banyak akhwat di sini, sepertinya 100-an lebih
yang mengikuti training ini.
“Kok ikhwannya dikit banget ya…”, batinku. Paling juga 1/5
nggak ada. Kupikir maklumlah… ini kan pelatihan manajemen guru TKA/TPA plus,
jadi kebanyakan akhwat yang tertarik. Tapi kan implementasinya bukan hanya
TKA/TPA aja, ini kan menyangkut pendidikan buat putra-putri kita di masa
mendatang. Apakah pendidikan dan perkembangan psikologis anak hanya menjadi
tanggung jawab seorang ibu? Retorika… masing-masing dari kita pasti telah
mengetahui jawabannya.
Satu yang pasti, peran ibu dalam hal ini sangat besar sebab
muslimah adalah bekal da’wah yang tidak hanya siap mendampingi pasangan da’wah
(suami) mencapai tujuan syahidnya, tetapi juga dituntut untuk mampu melahirkan,
mempersiapkan dan membentuk generasi da’wah di masa depan. Tugas yang berat
lagi mulia bagimu muslimah… Dengan diawali basmalah dimulailah trainingnya.
Materi-materinya begitu komprehensif dan para pembicaranya juga mampu
membawakan dengan interaktif sehingga aku tertarik bahkan hanyut didalamnya
melupakan rasa lemah fisik saat ini.
Kadang-kadang aku merasa seolah-olah menjadi kanak-kanak
lagi yang sedang belajar menyanyi dan bermain permainan tepuk Rukun Islam,
tepuk Rukun Iman, dsb. Tapi terkadang, membayangkan seolah-olah aku sedang
berdiri dengan dikelilingi oleh kanak-kanak yang sedang aku bina, yang riuh
belajar, mengaji dan bermain bersamaku. Duhai indahnya suasana seperti ini ya
Rabb… aku sangat merindukannya… Banyak hal baru yang kujumpai di sini,
kesederhanaan, keceriaan, dunia kana-kanak yang penuh harapan dan kepolosan
yang jauh dari hiruk pikuk rutinitas kerja engineer. Banyak ilmu yang kuperoleh
di sini, manajemen tpa-tka dengan segala teorinya, kurikulum lengkap dengan
metoda-metodanya.
Namun, ada satu hal yang sangat membekas di hati ini, yaitu
pernyataan pembicara bahwa pendidik merupakan taman bagi anak-anak didiknya.
Sederhana namun sarat makna. Pendidik merupakan taman, artinya menjadi pusat
perhatian yang indah bagi anak didiknya. Seorang pendidik harus mampu menjadi
profil teladan yang baik sebab dengan kita-lah sang anak berinteraksi.
Anak-anak yang memiliki sifat meniru atau sedang berada
dalam imitation phase dimana mereka sering meniru hal-hal baru atau
kebiasaan-kebiasaan orang di sekitarnya. Sehingga sebagai orang yang memegang
peranan penting bagi anak, kita harus mampu memberikan keteladanan yang baik.
Pendidik merupakan taman, artinya menjadi tempat bermain dan pusat imajinasi
anak. Sebab itu, dibutuhkan kesiapan ilmu, pengetahuan, pemahaman agama, bahkan
kreativitas dalam kemampuan BCM (Bermain, Cerita dan Menyanyi). BCM merupakan
tiga hal cukup penting dalam metoda menarik anak-anak dalam pengajaran sebab
dunia anak adalah dunia bermain. Kita bisa tidak bisa memaksakan suatu
keseriusan pada anak tetapi mengarahkan permainan, lagu dan cerita kepada
pemahaman agama atau pengetahuan lainnya, sehingga mudah dicerna dan dimengerti
bagi anak. Pendidik merupakan taman, artinya di situlah anak mengenal
warna-warni bunga kehidupan, keramahan, keceriaan dan kebahagiaan. Untuk itu
diperlukan kesabaran dan keikhlasan dalam membina anak.
Hiasilah selalu raut wajah kita dengan senyuman, karena
wajah kita-lah yang selalu mereka tatap dan rindukan untuk menemani mereka
tumbuh dan berkembang. Munculkan keceriaan mereka dengan keramahan kita, dan
perkaya batin mereka dengan kebahagiaan-kebahagiaan yang mereka peroleh ketika
berinteraksi bersama kita. Ingatlah, bahwa setiap kita berperan sebagai
pendidik dalam keluarga. Terlebih, seorang ibu yang berfungsi sebagai madrasah
pertama dalam keluarga. Kualitas akan generasi masa depan berada di pundak kita.
Mampukah kita mencetak generasi da’wah masa depan?
Jawabannya tergantung pada kesiapan dan persiapan kita saat ini. Wallahu a’lam
bishshowab. Persiapkanlah diri kita menjadi taman terindah sebagai tempat
bermainnya kupu-kupu surga, sebagaimana kutipan dari sebuah lagu anak-anak:
Santri-santri kecil dari TK-TPA Bawa satu buku Iqro juga bawa Al Qur-an
Bermain, bernyanyi, mengaji bersama Berseragam indah bagai kupu-kupu surga.
0 Tanggapan untuk "Taman Kupu-Kupu Surga"
Post a Comment